Gemericik air terhenti dalam waktu yang tak kusangkaÂ
Dedaunan diam membisu tergetar akan datangmu
Langit-langit pun bertasbih menyibakkan awan ketika engkau datang
Begitu pula gunung-gunung, danau, serta hutan dan lautan
Yaa sya'ban
Engkau datang dalam kondisi hati yang mulai tak memiliki arti
Pun Jiwa-ku yang kosong terbelalak hebat dikala aku membuka pintumu
Bermacam macam keharuman dan wewangian kucium entah darimana datangnya
Anak anak kecil yang dulu kugandeng lari tunggang langgang ketakutan
Mereka diusir dari rumahnya
Mereka ditakut takuti olehnya
Mereka tak tahu arah dan terbang entah kemana
Hingga kutemukanlah mereka bersembunyi di balik pintu itu
Anak anak yang bernama:
keberanian
ketangguhan
dan keistiqomahan
Rasanya, ingin sekali aku mendekap mereka kembaliÂ
Yaa Sya'ban, maafkan aku yang tak siap menyimak ayat-ayat nya.
Maafkan aku yang lalai luput jatuh dalam beringasnya
Maafkan aku yang lemah dibudak oleh nafsuku sendiri
Maafkan aku yang gusar tak tahu diri menyambut sang maha kasih
Maafkan aku...Â
Yaa Sya'ban,Â
Kau getarkan sukmaku dengan qur'an
Kau hinakan aku dengan fadlillah
Kau dobrak pintu hati yang tak berisiÂ
Kau genggam ingatanku dalam dekapan kiai
Namun, dibalik itu semua
Engkau menghadirkan lautan ampunan
Engkau antarkan aku menuju istana Ramadlan
Engkau terbangkan aku memutari keindahan bersama bulan dan bintang
Yaa tuhan, jika engkau mengizinkan
Maka titipkanlah aku ke rumahnya
Â
Malang, 16-Sya'ban-1443
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI