Mohon tunggu...
Veronika Maya Bida
Veronika Maya Bida Mohon Tunggu... Guru - Guru/ Calon Guru Penggerak Angkatan 10 tahun 2024/ SMP Negeri 2 Kesu'

Suka Nyanyi, suka nonton film detektif, bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambil Keputusan berbasis Nilai Kebajikan (Modul 3.1)

13 Agustus 2024   21:10 Diperbarui: 13 Agustus 2024   21:41 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai pendidik, guru perlu memiliki keterampilan coaching. Dalam proses pembelajaran, pendampingan melalui coaching yang dilakukan oleh fasilitator sangat efektif membantu pemahaman saya. Contoh-contoh praktik coaching memberikan gambaran jelas untuk diterapkan di sekolah. Keputusan yang diambil melalui coaching, yang berlandaskan etika dan nilai-nilai kebajikan serta sesuai dengan visi misi sekolah, mendukung keberpihakan pada murid dan menciptakan budaya positif di sekolah. Teknik coaching didasarkan pada prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui, tetapi justru menciptakan kenyamanan bagi coach dan coachee. Coachee dapat dengan nyaman menyampaikan hambatan dan menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu mendengarkan dengan baik dan membantu menguraikan permasalahan melalui pertanyaan yang tepat.

Dengan coaching, guru dapat membantu siswa mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik, guru memiliki harapan terhadap siswa agar dapat menjalankan tugas dan kewajiban di sekolah dengan baik. Kemampuan guru dalam mengelola aspek sosial dan emosionalnya berpengaruh pada pengambilan keputusan. Sebagai pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid agar pembelajaran menjadi menyenangkan dan sesuai dengan profil belajar mereka. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang tepat untuk mengakomodasi kepentingan murid. Kompetensi sosial dan emosional guru diperlukan untuk fokus memberikan pembelajaran yang tepat dan bijak, sehingga merdeka belajar dapat terwujud di kelas maupun di sekolah.

4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Keberpihakan dan prioritas pada kepentingan murid dapat diwujudkan oleh pendidik yang mampu menemukan solusi yang tepat untuk setiap permasalahan. Pendidik yang bisa melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan dengan tepat membedakan apakah masalah yang dihadapi termasuk dilema etika atau bujukan moral sangat penting dalam pengambilan keputusan yang adil.

Saat dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan moral dan etika, pendidik secara sadar atau tidak akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai ini akan mempengaruhi keputusan yang dibuat. Jika nilai-nilai yang dianut adalah nilai-nilai positif, maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika nilai-nilai tersebut tidak sesuai dengan moral, agama, atau norma yang berlaku, maka keputusan yang diambil cenderung hanya benar dari sudut pandang pribadi dan mungkin tidak sesuai dengan harapan banyak pihak.

Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak, seperti reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada anak didik, akan mendorong pendidik untuk membuat keputusan yang tepat dan mengurangi risiko kesalahan dalam pengambilan keputusan, yang dapat merugikan semua pihak, terutama peserta didik. Nilai-nilai seperti kejujuran, loyalitas, kepedulian, dan komitmen untuk memenuhi janji juga berperan penting dalam menentukan prinsip dalam pengambilan keputusan.

Sebagai pemimpin dalam pembelajaran, pendidik sering kali menggunakan lebih dari satu pertimbangan dalam membuat keputusan, yang tentunya didasarkan pada nilai-nilai etika yang mereka pahami dan anut. Pengambilan keputusan melibatkan pemilihan alternatif tindakan yang paling efisien sesuai dengan situasi yang dihadapi. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut pandang, kecenderungan, dan prinsip yang diambil dalam membuat keputusan.

Dilema etika adalah situasi di mana seseorang dihadapkan pada konflik batin karena dua pilihan yang sama-sama benar namun bertentangan. Etika, yang berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pedoman seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah laku, sangat penting dalam pengambilan keputusan. Untuk menyelesaikan kasus dilema etika, guru harus berpegang pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan.

4 Paradigma Berpikir yaitu:

Individu lawan kelompok (individual vs community)

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun