"Kau lihat?" tanya Ramshad, bersama mengintai Dante yang sedang memeriksa kondisi kuda-kuda perang di istal. "Yang Mulia lebih suka menyibukkan diri."
Dahi Taja berkerut. "Lantas apa masalahnya?"
"Sudah kubilang, ini tugasmu. Amati hingga esok hari, maka kau akan paham mengapa aku bilang begitu. Bila perlu, terus amati hingga beberapa minggu hingga semuanya jelas, alasan ratu menitipkan kekuatan itu padamu. Dengan demikian, kau tidak akan menuduhku macam-macam."
Taja bergeming saat Ramshad membisikkan ucapannya, sementara kedua mata tak lengah mengamati raja. Walau mulai memahami ke mana arah pembicaraan rekannya tersebut, ia harus yakin lebih dulu. Penafsiran salah akan memperkeruh suasana.
Malam hari, sesuai perintah raja, Ramshad bergegas ke tempat di mana peti-peti itu berada. Seperti biasa, ia harus bergerak cepat dan tak terlihat. Sesuai dugaan, penguasa Eyn tersebut sudah berada di dalam ruangan dan tahu kehadirannya.
"Pastikan pintu masuk terkunci rapat. Ingat, semua dinding punya telinga."
"Baik, Yang Mulia."
Ramshad memastikan pintu sudah tertutup dan tidak ada orang lain selain mereka. Kemudian, ia kembali menghadap.
"Lihat, jangan sekalipun kau kedipkan matamu."
Ramshad berharap bahwa rajanya tidak gila, sebab sesuatu yang muncul dari dalam peti sungguh membuatnya terpana dan jantungnya nyaris berhenti berdetak. "I-ini tidak mungkin!" Tanpa terasa kakinya mundur, menyangka bahwa benda itu mungkin akan menyerangnya.
"Tugasku memastikan bahwa dia tidak akan 'berkhianat', sedangkan kau Ramshad ...."