Senin (16/10), sesuai janji, sekitar pukul 11 saya sampai di kantor "SablonMedan". Sebuah bangunan ruko 3 lantai yang terletak di Jalan Jamin Ginting 147. Salah satu jalan paling macet di kota Medan.
"Bu Pipin ada?" tanya saya pada seorang staff perempuan yang menyambut saya. "Ada pak," sambil mempersilakan saya untuk duduk. Belum sempat menjatuhkan badan di kursi terdengar sapaan dari dalam ramah "Halo bang Venus...."
Seorang wanita berkacamata dengan rambut potongan pendek menghampiri saya. Kami pun bersalaman. Dia adalah Yosephine Natalitha Sembiring, yang akrab dipanggil Pipin.
Sejatinya itu bukan kali pertama kami bertemu. Karena sebelumnya pernah berjumpa di salah satu acara Nangkring Kompasiana. Kak Pipin ini juga Kompasianer, hanya saja karena kesibukannya ia vakum dulu menulis.
Wanita energik ini adalah sang pemilik dari SablonMedan. Tempat bikin kaos yang sudah punya nama di Medan. Bahkan bisa dibilang sejauh ini merekalah yang terbaik.
Kata-kata bijak mengatakan "Roma tidak dibangun dalam sehari". Begitu pula SablonMedan. Kak Pipin mengisahkan bahwa ketika ia memulai usaha ini, dua tahun pertama adalah masa paling sulit. Periode di mana mereka harus jatuh bangun. Tidak serta-merta besar seperti sekarang ini. Ada proses panjang yang harus dilalui.
Pada awalnya, Kak Pipin memulai 'jualan' kaos dengan memesan dari Bandung. Semua tahu Bandung bisa dibilang adalah pusatnya. Jarak Medan-Bandung yang jauh ternyata menyimpan persoalan tersendiri.
Misalnya barang yang diterima tidak sesuai desain atau ada cacat produksi. Kemudian proses retur ternyata memakan waktu lagi. Hal-hal seperti itu dapat merusak kepercayaan klien.
Kak Pipin yang sangat concern pada kualitas mulai berpikir bahwa produksi harus dilakukan di Medan. Kemudian ia mengambil waktu selama hampir satu bulan untuk belajar memotong, menjahit, hingga menyablon di Bandung.
"Gaji mereka di atas UMR lho," kata Kak Pipin dengan bangga. Terus terang saya langsung merinding.
"Karyawan bagian produksi bekerja 5 hari kerja. Sabtu Minggu libur. Sedangkan staff kantor sampai Sabtu. Tapi setengah hari saja. Karena Sabtu kita buka tapi sampai pukul 12 siang saja," tambahnya lagi.
Berapa omzet usaha ini? Kak Pipin hanya memberi gambaran bahwa produksi mereka mencapai 10 ribu kaos setiap bulannya. Sampai-sampai kewalahan menerima orderan. Memang jika  mengintip website SablonMedan, klien-klien mereka berasal dari instansi, lembaga, maupun perusahaan besar. Ini tampaknya yang membuat SablonMedan sangat memperhatikan kualitas.
Nah di sinilah pentingnya mitra. SablonMedan menumbuhkan mitra-mitra untuk saling berbagi. "Kehadiran usaha sejenis bukan ancaman. Apalagi mereka yang pernah bekerja di SablonMedan."
"Karyawan yang sudah 3 tahun bekerja malah didorong untuk 'keluar'. Agar mereka dapat mempunyai usaha sendiri."
Inilah model nyata sebuah kewirausahaan yang berdampak dan berkelanjutan. Di mana nantinya akan lahir wirausahawan-wirausahawan baru.
Saya kemudian diajak menengok proses produksi SablonMedan. Apa yang diproduksi di sini? Ternyata tidak hanya kaos. Pokoknya macam-macam, Mulai dari topi, pulpen, goody bag, hingga payung.
Betul juga kata saya dalam hati. "Semisal saya ingin buka usaha seperti ini apa yang harus saya miliki?" tanya saya.
Jawabannya cukup mengejutkan. Ternyata uang bukan modal yang utama!
"Nomor satu adalah passion," tegas Kak Pipin. "Passion akan memberi kekuatan dan keberanian untuk membuka bisnis yang kita sukai. Passion memberi kekuatan untuk bertahan," lanjutnya.Â
Menurut Kak Pipin, modal selanjutnya adalah skill. Kita harus mengembangkan keahlian agar betul-betul paham secara detail. Maka dari itulah ia belajar langsung ke Bandung.
Ketiga adalah membangun tim, mitra dan personal branding. "Salah satu kunci sukses dari entepreneurship adalah manajemen. Bagaimana kita memanage dan mendelegasikan tugas-tugas kepada tim. Sedangkan personal branding menjadi penting, agar kita lebih dipercaya baik oleh konsumen maupun investor."
Terakhir adalah dana. Uang diperlukan tentu saja infrastruktur dan proses produksi.
"Apa yang membuat SablonMedan besar seperti sekarang ini?" tanya saya.
"Sejak pertama saya sangat mengutamakan kualitas. Sehingga quality control dilakukan dengan sangat ketat. Kepercayaan konsumen terhadap produk harus kita jaga."
Kunci keberhasilan SablonMedan juga karena tidak mengenal kata menyerah ketika gagal dalam 2 tahun pertama mereka. "Pokoknya kalau mau usaha berhasil jangan pernah give up. Usaha apapun itu," pesan Kak Pipin.
SablonMedan juga membuka pelatihan menyablon bagi mereka yang berminat belajar usaha ini. Termasuk menerima jika ada pelajar yang ingin magang.
"Sejauh ini belum. Mungkin juga nggak ke arah sana. Biar distro-distro yang ada di Medan berkembang. Karena mereka nyetaknya juga di sini."
Jawaban yang sedikit mengagetkan saya. Tampak bahwa SablonMedan tidak ingin 'rakus' menguasai pasar. Mereka tidak ingin sukses sendirian!
"Masih punya waktu untuk keluarga kak?" tanya saya.
Seketika ia menjawab, "Banyak......."
"Wirausaha adalah pekerjaan yang memberi kita kebebasan. Yaitu kebebasan akan waktu, ide, dan tentu saja finansial. Asyiknya di situ," tambahnya sambil tersenyum.
Di sela-sela mengurusi usaha sablon dan keluarga, ternyata wanita S2 jurusan akuntansi ini juga aktif mengajar di sebuah universitas swasta ternama Medan. Terkadang juga ia diundang untuk berbagi kiat-kiat mengenai kewirausahaan oleh dinas tenaga kerja.
"Kayaknya sedang vakum menulis ya Kak?" saya coba mencari tahu mengapa tulisannya sudah jarang muncul di Kompasiana.
Kak Pipin ternyata mengembangkan sayap dan potensi diri pada dunia startup. Saat ini ia bersama suami sedang mengelola 5 buah startup. Mulai dari transportasi, rental mobil, hingga marketplace. Salah satu startup-nya bahkan sudah menjaring 5 ribu pengguna. Padahal baru berusia 3 bulan.
Kak Pipin bersama SablonMedan-nya bisa jadi model bagi mereka yang ingin memulai wirausaha. Ia sebenarnya bisa jadi sosok yang pantas diperhitungkan pada Danamon Entreprenuer Awards (DEA) 2017. Sebuah ajang penghargaan yang diberikan Bank Danamon bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mampu memberdayakan masyarakat sekitar. Para pelaku usaha yang terus berinovasi dan penuh inspirasi sehingga usaha mereka berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H