Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kak Pipin, Kompasianer yang Sukses dengan Bisnis Sablon dan Startup-nya

18 Oktober 2017   04:21 Diperbarui: 19 Oktober 2017   07:10 4226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajari peserta magang (dok.pri)

Senin (16/10), sesuai janji, sekitar pukul 11 saya sampai di kantor "SablonMedan". Sebuah bangunan ruko 3 lantai yang terletak di Jalan Jamin Ginting 147. Salah satu jalan paling macet di kota Medan.

"Bu Pipin ada?" tanya saya pada seorang staff perempuan yang menyambut saya. "Ada pak," sambil mempersilakan saya untuk duduk. Belum sempat menjatuhkan badan di kursi terdengar sapaan dari dalam ramah "Halo bang Venus...."

Seorang wanita berkacamata dengan rambut potongan pendek menghampiri saya. Kami pun bersalaman. Dia adalah Yosephine Natalitha Sembiring, yang akrab dipanggil Pipin.

Sejatinya itu bukan kali pertama kami bertemu. Karena sebelumnya pernah berjumpa di salah satu acara Nangkring Kompasiana. Kak Pipin ini juga Kompasianer, hanya saja karena kesibukannya ia vakum dulu menulis.

Wanita energik ini adalah sang pemilik dari SablonMedan. Tempat bikin kaos yang sudah punya nama di Medan. Bahkan bisa dibilang sejauh ini merekalah yang terbaik.

Kata-kata bijak mengatakan "Roma tidak dibangun dalam sehari". Begitu pula SablonMedan. Kak Pipin mengisahkan bahwa ketika ia memulai usaha ini, dua tahun pertama adalah masa paling sulit. Periode di mana mereka harus jatuh bangun. Tidak serta-merta besar seperti sekarang ini. Ada proses panjang yang harus dilalui.

Pada awalnya, Kak Pipin memulai 'jualan' kaos dengan memesan dari Bandung. Semua tahu Bandung bisa dibilang adalah pusatnya. Jarak Medan-Bandung yang jauh ternyata menyimpan persoalan tersendiri.

Misalnya barang yang diterima tidak sesuai desain atau ada cacat produksi. Kemudian proses retur ternyata memakan waktu lagi. Hal-hal seperti itu dapat merusak kepercayaan klien.

Kak Pipin yang sangat concern pada kualitas mulai berpikir bahwa produksi harus dilakukan di Medan. Kemudian ia mengambil waktu selama hampir satu bulan untuk belajar memotong, menjahit, hingga menyablon di Bandung.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
SablonMedan berdiri 1 September 2012. Waktu itu hanya memiliki 4 karyawan saja. Kini, Kak Pipin mampu memperkerjakan 40 orang di dua workshopnya. Mulai dari mereka yang berstatus ibu rumah tangga hingga mahasiswa. Bahkan pernah ada yang difabel.

"Gaji mereka di atas UMR lho," kata Kak Pipin dengan bangga. Terus terang saya langsung merinding.

"Karyawan bagian produksi bekerja 5 hari kerja. Sabtu Minggu libur. Sedangkan staff kantor sampai Sabtu. Tapi setengah hari saja. Karena Sabtu kita buka tapi sampai pukul 12 siang saja," tambahnya lagi.

Berapa omzet usaha ini? Kak Pipin hanya memberi gambaran bahwa produksi mereka mencapai 10 ribu kaos setiap bulannya. Sampai-sampai kewalahan menerima orderan. Memang jika  mengintip website SablonMedan, klien-klien mereka berasal dari instansi, lembaga, maupun perusahaan besar. Ini tampaknya yang membuat SablonMedan sangat memperhatikan kualitas.

Nah di sinilah pentingnya mitra. SablonMedan menumbuhkan mitra-mitra untuk saling berbagi. "Kehadiran usaha sejenis bukan ancaman. Apalagi mereka yang pernah bekerja di SablonMedan."

"Karyawan yang sudah 3 tahun bekerja malah didorong untuk 'keluar'. Agar mereka dapat mempunyai usaha sendiri."

Inilah model nyata sebuah kewirausahaan yang berdampak dan berkelanjutan. Di mana nantinya akan lahir wirausahawan-wirausahawan baru.

Saya kemudian diajak menengok proses produksi SablonMedan. Apa yang diproduksi di sini? Ternyata tidak hanya kaos. Pokoknya macam-macam, Mulai dari topi, pulpen, goody bag, hingga payung.

(dok.pri)
(dok.pri)
(dok.pri)
(dok.pri)
(dok.pri)
(dok.pri)
"Usaha sablon itu cukup cerah. Hampir setiap hari ada event khan. Pasarnya masih terbuka. Bahkan tidak mungkin mati. Karena pakaian khan termasuk kebutuhan primer."

Betul juga kata saya dalam hati. "Semisal saya ingin buka usaha seperti ini apa yang harus saya miliki?" tanya saya.

Jawabannya cukup mengejutkan. Ternyata uang bukan modal yang utama!

"Nomor satu adalah passion," tegas Kak Pipin. "Passion akan memberi kekuatan dan keberanian untuk membuka bisnis yang kita sukai. Passion memberi kekuatan untuk bertahan," lanjutnya. 

Menurut Kak Pipin, modal selanjutnya adalah skill. Kita harus mengembangkan keahlian agar betul-betul paham secara detail. Maka dari itulah ia belajar langsung ke Bandung.

Ketiga adalah membangun tim, mitra dan personal branding. "Salah satu kunci sukses dari entepreneurship adalah manajemen. Bagaimana kita memanage dan mendelegasikan tugas-tugas kepada tim. Sedangkan personal branding menjadi penting, agar kita lebih dipercaya baik oleh konsumen maupun investor."

Terakhir adalah dana. Uang diperlukan tentu saja infrastruktur dan proses produksi.

"Apa yang membuat SablonMedan besar seperti sekarang ini?" tanya saya.

"Sejak pertama saya sangat mengutamakan kualitas. Sehingga quality control dilakukan dengan sangat ketat. Kepercayaan konsumen terhadap produk harus kita jaga."

(dok.pri)
(dok.pri)
Kenyataannya memang semua orang tahu jika produk keluaran SablonMedan unggul dalam kualitas. Pemesanan kaos misalnya, SablonMedan memberikan pilihan bahan mulai dari kelas standar sampai premium. Sesuai permintaan konsumen. Namun semuanya dipastikan menggunakan rubber ink terbaik.

Kunci keberhasilan SablonMedan juga karena tidak mengenal kata menyerah ketika gagal dalam 2 tahun pertama mereka. "Pokoknya kalau mau usaha berhasil jangan pernah give up. Usaha apapun itu," pesan Kak Pipin.

SablonMedan juga membuka pelatihan menyablon bagi mereka yang berminat belajar usaha ini. Termasuk menerima jika ada pelajar yang ingin magang.

Mengajari peserta magang (dok.pri)
Mengajari peserta magang (dok.pri)
"Nggak ingin punya gerai dengan branding kaos sendiri seperti Jogger (Bali) atau Dagadu (Jogja)?"

"Sejauh ini belum. Mungkin juga nggak ke arah sana. Biar distro-distro yang ada di Medan berkembang. Karena mereka nyetaknya juga di sini."

Jawaban yang sedikit mengagetkan saya. Tampak bahwa SablonMedan tidak ingin 'rakus' menguasai pasar. Mereka tidak ingin sukses sendirian!

"Masih punya waktu untuk keluarga kak?" tanya saya.

Seketika ia menjawab, "Banyak......."

"Wirausaha adalah pekerjaan yang memberi kita kebebasan. Yaitu kebebasan akan waktu, ide, dan tentu saja finansial. Asyiknya di situ," tambahnya sambil tersenyum.

Di sela-sela mengurusi usaha sablon dan keluarga, ternyata wanita S2 jurusan akuntansi ini juga aktif mengajar di sebuah universitas swasta ternama Medan. Terkadang juga ia diundang untuk berbagi kiat-kiat mengenai kewirausahaan oleh dinas tenaga kerja.

"Kayaknya sedang vakum menulis ya Kak?" saya coba mencari tahu mengapa tulisannya sudah jarang muncul di Kompasiana.

Kak Pipin ternyata mengembangkan sayap dan potensi diri pada dunia startup. Saat ini ia bersama suami sedang mengelola 5 buah startup. Mulai dari transportasi, rental mobil, hingga marketplace. Salah satu startup-nya bahkan sudah menjaring 5 ribu pengguna. Padahal baru berusia 3 bulan.

Kak Pipin dan startup-nya (dok.pri)
Kak Pipin dan startup-nya (dok.pri)
Pertemuan berdurasi 45 menit bersama Kak Pipin memberi banyak pelajaran berharga mengenai dunia usaha. Bagaimana tetap yakin dengan apa yang kita kerjakan dan tidak kenal kata menyerah. Satu hal penting lain adalah kesejahteraan mereka yang bekerja bersama kita. Karena usaha menjadi besar juga atas jasa mereka.

Kak Pipin bersama SablonMedan-nya bisa jadi model bagi mereka yang ingin memulai wirausaha. Ia sebenarnya bisa jadi sosok yang pantas diperhitungkan pada Danamon Entreprenuer Awards (DEA) 2017. Sebuah ajang penghargaan yang diberikan Bank Danamon bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mampu memberdayakan masyarakat sekitar. Para pelaku usaha yang terus berinovasi dan penuh inspirasi sehingga usaha mereka berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun