Filosofi akan menjadi jiwanya pendidikan. Tanpa filosofi, maka pendidikan hanya akan berjalan tanpa arah dan tujuan, seperti yang selama ini terjadi.Â
Ki Hajar Dewantara sudah menggemakan filosofi pendidikan yang sangat agung. Ing Ngarso sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Di depan menjadi teladan, di tengah membangun kehendak, di belakang memberikan dukungan. Semboyan yang diperuntukkan bagi guru ini seakan sudah tergilas waktu dan perubahan jaman. Padahal jika diresapi dan menjadi nafas pendidikan, nilainya amatlah luhur.Â
Pembaruan dengan Kurikulum Kaya
Kurikulum yang kita pakai selama ini acapkali berubah seiring pergantian tampuk menteri pendidikan. Makin lama makin banyak tuntutan superfisial tanpa menyentuh aspek spiritual peserta didik. Akhirnya, lahirlah output yang meskipun menghabiskan seharian waktu di sekolah, tapi masih belum paham tentang esensi belajar.
Idealnya, kurikulum disusun dengan sederhana tapi sarat makna. Menurut CM, 3 pengetahuan utama bagi anak-anak adalah tentang Tuhan, manusia dan alam semesta.
Guru selama ini disibukkan dengan rencana pembelajaran yang dituntut paripurna. Padahal tugas utama dan pertamanya adalah mendidik. Sebagai atmosfer belajar alamiah peserta didik, guru selayaknya senantiasa belajar sepanjang hayat. Sehingga kehadiran guru akan selalu menginspirasi peserta didiknya, tanpa terlalu banyak mendikte apalagi dengan marah-marah.
Karakter baik pada kurikulum sebelumnya yang dijelaskan panjang lebar dalam rencana pembelajaran, sudah sewajarnya menjadi bagian dari keseharian yang dilakukan dengan disiplin dan ajeg, baik oleh siswa maupun gurunya sendiri.
Seperti halnya aspek badaniah yang kebanyakan menjadi tujuan pembelajaran, aspek rohaniah juga hendaknya dihidupi agar senantiasa hidup. Jiwa dan pikiran kita juga membutuhkan makanan, yaitu berupa ide-ide hidup, yang datang dari pikiran orang-orang berjiwa besar. Ide-ide ini tertulis dalam buku berkelas sastrawi klasik yang saya yakin sudah jarang dikenalkan pada siswa di sekolah.Â
Pembelajaran di sekolah, apalagi di jenjang dasar, tidak perlu berlangsung lama. Short lesson. Pelajaran yang singkat namun padat, daging semua. Terlalu lama duduk dalam ruang kelas tertutup juga tidak selaras dengan fitrah anak yang nalurinya bermain bebas. Kegiatan belajar mengajar baiknya mempertimbangkan berkegiatan di alam sebanyak mungkin sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan. Harapannya agar para siswa  mengenal semesta lebih dekat, melindungi dan memeliharanya secara nyata.
Mengawal Penggunaan Dana BOS
Dana pemerintah yang dialokasikan untuk dunia pendidikan bukan angka yang sedikit. Sebesar 20% APBN dianggarkan untuk memajukan pendidikan Indonesia. Seharusnya jika digunakan secara bijaksana akan ada banyak perkembangan berarti terutama dalam hal infrastruktur dan kesejahteraan guru.Â