Mohon tunggu...
veni Wp
veni Wp Mohon Tunggu... Jurnalis - seorang yang biasa saja. berjalan di atas kaki sendiri

Menjadi Manusia yang Seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Awal

1 Juni 2019   11:29 Diperbarui: 1 Juni 2019   12:01 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wah lumayan juga. Kenapa namanya Chaesar? Apa terinspirasi bangsa Romawi?" pertanyaan yang selalu aku dapatkan. Aku tidak berhak memberi jawaban. Hanya sebuah senyuman yang aku tunjukan. Perkenalan terus berlanjut sampai aku mengantuk.

"Gue Indi dari Semarang." Perempuan yang duduk di sebelahku memberanikan diri memulai sebuah perkenalan. "Ya, lu udah tahu kan siapa nama gue?" dia hanya menganggukan kepalanya. Aku tidak akan berharap lebih dengan perkenalan ini. Semua akan aku biarkan mengalir dan mengikuti bentuk wadahnya.

Hening, aku tidak dapat masuk ke dalam mata kuliah ini. Semuanya serba asing. Namun semua akan biasa saja. Orang-orang sibuk dengan pikirannya. Banyak yang memulai sebuah hubungan. Menunjukan dasar dari makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Aku tidak anti sosial, hanya saja terlalu sulit untuk memulai hal baru.

Kini langkah kaki menuju sebuah pintu gerbang yang lebih baru lagi bagi hidupku. Aku membiarkan jiwa ini mencoba berbagai hal yang tidak pernah dialami. Kegiatan yang bahkan hanya ada dalam angan-angan belaka. Kini benar-benar nyata di depan mata. Sebuah tempat yang membuat aku menemukan kehidupan berbeda dan orang-orang yang berbeda pula dengan yang sebelumnya.

"Selamat datang dunia baru." masih aku ingat dengan jelas. Bagaimana takutnya aku dulu untuk memasuki dunia ini. Dunia yang ternyata diluar dari aku pikirkan. "Ya, memang tidak sesuaikan dengan apa yang kamu inginkan?" aku hanya mengangguk saja. "Namun, coba kamu cari hal-hal yang sudah kamu dapat dan bermanfaat untuk dunia kamu yang lain."

"Dunia tidak melulu menyediakan sebuah tempat sesuai apa yang kamu inginkan. Dunia itu harus kamu ciptakan sendiri."

Setengah jalan aku lalui disini. Aku banyak memulai hal baru. Mencoba dan terus mencoba meskipun terkadang kecewa. Kerikil-kerikil dalam hidup tidak pernah akan hilang. Semua bumbu yang tidak sedap menemani langkah kakiku. Memberikan warna tersendiri dalam perjalananku.

Sebuah awal yang aku lakukan dan aku mulai. Kaki berjalan menampaki sebuah daratan tertinggi di Bumi manusia ini. Jauh dari laut. Menyusuri sebuah lembah kehidupan. Terjalnya hati untuk dilalui kaki. Semua harus aku lewati. Aku sudah memulainya dan bagaimana aku juga harus menjalaninya.

Kini, aku memulai hal yang lebih dari yang dulu aku lakukan. Aku berdiri di depan kelas. Menatap mata mereka satu persatu. "Jika kamu ingin tampil berani di depan, sebelum mulai tatap mata mereka semua." masih aku ingat kata-kata teman SMA satu tahun lalu. Aku ingat saat kali pertama mempresentasikan di depan kelas sendiri. Saat kelas dua SMA.

Aku harus memulai untuk menjadi manusia yang memiliki mental yang kuat. Sesuatu yang membuat aku harus membuang rasa malu dan takut jauh-jauh. Sebuah racun yang tidak perlu aku simpan lama. Sudah sampai disini, aku harus memulai bukan hanya dalam organisasi saja. Aku harus berani keluar dari zona nyaman.

Semua menjadi awal dalam setiap jalan yang aku pilih. Perubahan dalam hidup memang tidak bisa dihindari. "Hanya saja aku harus mampu berdiri di atas kaki sendiri." Indi menatapku. "Iyalah masa kaki orang lain, kocak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun