“Benar apanya?” Musto pura-pura bingung.
“Ketika kami sedang asyik memadu kasih di tepi sungai yang kau lalui, tiba-tiba muncul seekor makhluk dari dasar sungai yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya”.
“Makhluk apakah itu sehingga membuatmu tak bisa membayangkannya?”
“Seekor makhluk dengan badan menyerupai naga berkepala empat dan masing-masing kepalanya tumbuh tanduk bercabang empat juga”.
“Benarkah ada makhluk seperti itu?” Musto baru mendengar akan hal ini karena itu dia bertanya. Dan demi meyakinkan Musto, sepasang kekasih itu mengangguk.
“Lalu, setelah itu apa yang terjadi?”
“Kami berlari meninggalkan tempat itu dan mencarimu, makhluk itu pun menyusul kami dari belakang”.
Beberapa saat kemudian terdengarlah suara gaduh. Suara orang dalam jumlah yang tak terbilang banyaknya. Mereka bergerak serempak menuju ke arah Musto dan sepasang kekasih tadi. Suara itu menyorakkan nama Musto secara bersamaan.
“Musto! Musto! Musto! Musto!"
Musto menjadi heran dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Bukankah diantara orang-orang itu terdapat juga Marcus dan semua orang yang pernah dijumpainya untuk menjelaskan perkara mata Tuhan. Anehnya lagi, Musto juga mengenal seseorang yang dulu pernah dicabut nyawanya oleh seorang laki-laki tinggi-tegap.
“Itu penjambret yang pernah kuceritakan pada kalian”. Musto menunjuk ke arah kerumunan orang-orang yang mendatangi mereka. Di belakang mereka, berjalan pula seekor makhluk menyerupai badan naga dengan empat kepala dan masing-masing kepala itu bertanduk empat juga.