Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Panorama Filsafat Modern

14 Agustus 2020   15:17 Diperbarui: 14 Agustus 2020   15:32 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Teman-teman, zaman modern yang bermula di abad ke -16 memuncak di abad ke - 18. Sekali lagi ditegaskan bahwa, Filsafat Modern merujuk pada sistem berpikir yang mengandalkan rasionalitas tanpa harus dituntun oleh otoritas eksternal seperti Kitab Suci dan tradisi.  Diskursus teosentris abad pertengahan telah diganti dengan pemikiran antroposentris modern.

Para pemikir modern adalah mereka yang memiliki kesadaran diri sebagai subjek yang rasional. Dengan kemampuan rasionalnya, manusia niscaya mampu mengadakan kemajuan-kemajuan yang secara kualitatif baru. Sebagai bentuk kesadaran, modernitas dicirikan dengan term  subjek, kritik dan kemajuan. Ketiga hal ini selalu saling mengandaikan. Subjek yang rasional mampu mengadakan kritik demi sebuah kemajuan. Perubahan, kemajuan, pertumbuhan dan revolusi tidak lain adalah istilah-istilah kunci modernitas.

     

Oleh: Venan Jalang, alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun