Aru tak membalas lagi, perempuan itu terdiam membuat Kay kembali bersuara. "Ngomong-ngomong, aku gak pernah dengar tentang Ardan lagi sejak kenaikan kelas 11."
Kini Aru dan Kay sudah menginjak kelas 12 lebih tepatnya keduanya sebentar lagi akan wisuda perpisahan kelas 12. Dan sejak kenaikan kelas 11 Kay sudah tidak pernah mendengar kabar tentang Ardan, karena semasa kelas 10 Ardan sangat aktif dalam lomba membuat puisi, nama nya selalu ada di mading beserta puisi-puisinya.
"Ardan kembaran aku."Â
Kay tersedak minuman nya sendiri. Sungguh, berita yang sangat tak terduga bagi nya. Selama tiga tahun mengenal Aru dan bersahabat dengan Aru, tak sekalipun ia mengetahui fakta ini.
"Sekarang Ardan kemana?"
Diam. Aru terdiam, ia tak langsung menjawab. Terdapat keheningan antara keduanya sampai akhirnya Aru menjawab. "Ardan udah gak ada."
Kini berganti, Kay yang terdiam seribu bahasa. Fakta yang kembali mengejutkan dirinya.
"Dan Ardan ninggalin jantung nya didalam tubuh aku Kay. Dia sengaja donorin jantung nya untuk aku yang butuh donor jantung waktu itu."
"Ardan suka banget sama senja, dia selalu rajin buat nunggu senja sambil buat puisi. Makannya aku suka nunggu senja juga, karena aku ngerasa ada Ardan waktu aku liat hadir nya senja."
Swastamita tersimpan renjana. Artinya, Senja yang menyimpan perasaan rindu. Bagi Aru, melihat senja adalah sebagai bentuk obat rindu kepada Ardan. Dan untuk Aru, bersama senja mendekap sebuah rindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H