Diatas merupakan contoh dari 2 persepsi yang mampu membentuk premature judgment. Persepsi yang dikemukakan oleh kedua teman si kurang update merupakan persepsi yang mampu membentuk premature judgment terhadap si kurang update. Persepsi akan label "Tidak tahu informasi, tidak mau bertanya". Kemudian persepsi yang diungkapkan sikurang update untuk kedua temannya juga termasuk persepsi yang dapat membentuk premature judgment, dengan label"Seolah takut disalahkan".
Persepsi merupakan cara untuk membuat dunia fisik dan sosial seseorang menjadi masuk akal. Persepsi rentan mempengaruhi suatu nilai terhadap suatu objek. Persepsi kadang kala justru membuat manusia terjebak dengan akal pikirannya sendiri. Persepsi membuat manusia memberi label negatif atau positif terhadap suatu hal, bergantung pada tingkat persepsi yang muncul didalam fikiran tiap individu. Dengan kata lain, persepsi mampu membuat seseorang membentuk suatu keputusan berdasarkan informasi yang diterima.
Persepsi yang salah nyatanya mampu menciptakan premature judgment seperti cerpen diatas. Apa sih itu premature judgment?
Premature judgment adalah suatu bentuk sikap dalam menilai dan membentuk sebuah keputusan tanpa mempertimbangkan kebenarannya.Â
Ada gak sih akibatnya?
Dalam konteks sosial premature judgment memiliki suatu konsekuensi, karena mampu menimbulkan kerugian, misalnya merusak hubungan, memicu konflik, dan lainnya. Untuk itu sangat penting dalam menghindari penilaian yang terlalu cepat, terlebih tanpa adanya bukti yang jelas.Â
Percaya atau tidak, terkadang fikiran mampu membuat sesuatu hal yang seharusnya bisa untuk biasa saja, menjadi sesuatu yang seolah besar untuk ditangani, sehingga memicu jantung berdegup kencang, darah dan intonasi berlomba mencapai puncak tertinggi. Hingga bom atom seketika meledak tanpa aba-aba, yang membuat semua pepohonan menjadi layu, dan yang tersisa hanya puing-puing penyesalan dikemudian hari.
Maka dari itu, pahamilah dirimu sendiri, kadang kala kita terlalu sibuk memahami orang lain. Hingga lupa diri sendiri pun sama pentingnya untuk dipahami. Selain itu, tingkatkan keterbukaan terhadap fakta-fakta pada suatu situasi, demi mendapatkan informasi yang relevan dan jelas sebelum membuat suatu kesimpulan. Lalu yang terakhir, biasakanlah untuk mengevaluasi setiap keputusan yang dibuat.Â
Ingatlah!!! Bicara tanpa fakta itu kadangkala seperti tangan yang tertusuk duri, tajam, sakit, tapi tidak terlihat.Â
Sekian dan Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H