Suatu ketika di sore hari yang terasa melelahkan, si cuek, si update, dan si kompor berjalan bersama di satu lokasi menuju parkiran sepeda. Dalam perjalanan menuju parkir sepeda, dengan didampingi semilir angin di sore hari, serta sunset yang akan  segera tenggelam meninggalkan hari yang hanya berisi dengan keluh kesah. Terdapat obrolan yang cukup menghentakkan darah dan jantung menjadi tidak seimbang loncatannya.Â
Si kompor  : Lu udah ngisi forum 6?
Si kurang update : Udah ko
Si paling update : Dia mah yang belum diisi forum 5, yang sempet ada tragedi itu
Si kurang update : Iya belum diisi.... (belum selesai bicara)
Si kompor : (udah nyalip duluan) Oh iya yang lu lupa isi ya, yang katanya lu gatau kapan due datenya, udah gatau gamau nanya pula ya
Si paling update : (nyalip lebih kenceng) Iya si manusia kekurangan informasi, yang gak pernah tau informasi apapun, dan gamau nanya (Persepsi)
Cekcok pun terjadi diantara ketiganya, dimana si kurang update merasa kesal dengan perkataan si paling update yang mengeluarkan kata "Si manusia kekurangan informasi". Hingga akhirnya si kurang update yang tadinya tidak ada rasa ingin menyalahkan siapapun atas kelupaannya mengisi forum, menjadi terlontar kata-kata seolah dia menyalahkan kedua temannya karena tidak memberi informasi didasari rasa jengkel dan kesal dengan perkataan si paling update. Dengan rasa tidak terima si paling update dan si kompor memojokkan si kurang update, sampai akhirnya muncul kata "Kenapa lu malah menyalahkan kita?
Si kurang update : Gua awalnya gak menyalahkan siapapun!! gua ngomong begitu karena dia(sipaling update) ngatain gua, ya gua gak terima lah.
Dan akhirnya si kompor mencoba mengalihkan pembicaraan atas penerangan si kurang update, dan si paling updatepun hanya terdiam.
Dari sini si kurang update pun menjadi merenung sendiri "Padahal gua yang gak isi forum, gua pun gak ada rasa menyalahkan siapapun, tapi kenapa mereka malah ngatain gua kaya gitu, seolah takut kalau gua menyalahkan mereka(persepsi), dan ketika disalahkan mereka merasa kesal, tapi mereka tidak merasa kesal ketika mengolok-olok gua seperti itu. Apakah mereka cuma ingin gua diam ketika mereka mengeluarkan persepsi mereka sendiri, hingga memberi label seperti itu ke gua?". Selesai.
Diatas merupakan contoh dari 2 persepsi yang mampu membentuk premature judgment. Persepsi yang dikemukakan oleh kedua teman si kurang update merupakan persepsi yang mampu membentuk premature judgment terhadap si kurang update. Persepsi akan label "Tidak tahu informasi, tidak mau bertanya". Kemudian persepsi yang diungkapkan sikurang update untuk kedua temannya juga termasuk persepsi yang dapat membentuk premature judgment, dengan label"Seolah takut disalahkan".
Persepsi merupakan cara untuk membuat dunia fisik dan sosial seseorang menjadi masuk akal. Persepsi rentan mempengaruhi suatu nilai terhadap suatu objek. Persepsi kadang kala justru membuat manusia terjebak dengan akal pikirannya sendiri. Persepsi membuat manusia memberi label negatif atau positif terhadap suatu hal, bergantung pada tingkat persepsi yang muncul didalam fikiran tiap individu. Dengan kata lain, persepsi mampu membuat seseorang membentuk suatu keputusan berdasarkan informasi yang diterima.
Persepsi yang salah nyatanya mampu menciptakan premature judgment seperti cerpen diatas. Apa sih itu premature judgment?
Premature judgment adalah suatu bentuk sikap dalam menilai dan membentuk sebuah keputusan tanpa mempertimbangkan kebenarannya.Â
Ada gak sih akibatnya?
Dalam konteks sosial premature judgment memiliki suatu konsekuensi, karena mampu menimbulkan kerugian, misalnya merusak hubungan, memicu konflik, dan lainnya. Untuk itu sangat penting dalam menghindari penilaian yang terlalu cepat, terlebih tanpa adanya bukti yang jelas.Â
Percaya atau tidak, terkadang fikiran mampu membuat sesuatu hal yang seharusnya bisa untuk biasa saja, menjadi sesuatu yang seolah besar untuk ditangani, sehingga memicu jantung berdegup kencang, darah dan intonasi berlomba mencapai puncak tertinggi. Hingga bom atom seketika meledak tanpa aba-aba, yang membuat semua pepohonan menjadi layu, dan yang tersisa hanya puing-puing penyesalan dikemudian hari.
Maka dari itu, pahamilah dirimu sendiri, kadang kala kita terlalu sibuk memahami orang lain. Hingga lupa diri sendiri pun sama pentingnya untuk dipahami. Selain itu, tingkatkan keterbukaan terhadap fakta-fakta pada suatu situasi, demi mendapatkan informasi yang relevan dan jelas sebelum membuat suatu kesimpulan. Lalu yang terakhir, biasakanlah untuk mengevaluasi setiap keputusan yang dibuat.Â
Ingatlah!!! Bicara tanpa fakta itu kadangkala seperti tangan yang tertusuk duri, tajam, sakit, tapi tidak terlihat.Â
Sekian dan Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H