Mungkin tidak ada. Karena kepastian akan masa depan menjadikan apa yang terjadi pada masa kini lebih dapat dimengerti dan diterima; entah itu pahit, entah itu manis. Namun ketika kita menerima simulacra sebagai sebuah kebenaran, sesungguhnya kita sedang melakukan lompatan magis secara terbalik: dari hal yang bersifat spiritual ke hal-hal yang bersifat empiris, dan ini seperti melawan gravitasi. Kembali ke titik awal untuk mengakhiri sebuah perjalanan juga adalah keanehan lain yang harus dapat diterima, karena berakhir berarti memulai kembali. Hidup bukan lagi tentang awal dan akhir. Jarak menjadi tak punya ujung.
Dan akhirnya, jika kita kembali ke bahasan awal tentang tujuan, apakah Anda masih akan berfikir bahwa tujuan adalah akhir dari pencarian? Saya harap tidak! Tujuan bukan lagi tentang pencapaian, melainkan sebuah penggenapan. Masa depan memang sesuatu yang pasti, namun penantian akan penggenapannyalah yang menjadikan perjalan hidup menjadi menyenangkan. Ini adalah proses menemukan diri sendiri, sebuah pencarian jawaban tentang alasan mengapa kita datang ke dunia dan apa yang bisa kita bagikan untuk kesejahteraan bersama. Kita mungkin terlahir sebagai seorang jenius, biasa saja, atau bahkan bodoh. Tapi kita tidak bisa TIDAK melakukan bagian kita. Kita harus menemukan dan menyelesaikan apa yang menjadi bagian kita, seremeh apapun itu kedengarannya. Karena kita semua terikat hubungan sebab-akibat, dan dalam hubungan sebab-akibat, tidak ada peran yang terlalu kecil atau besar. Kita semua saling bergantung untuk bisa berfungsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H