Kita kembali ke cerita permainan hadang atau terima
Permainan terima (hadang) adalah permainan olahraga tradisional yang tidak mempergunakan alat apapun sebagaimana permainan tradisional lainya. Permainan ini dimainkan secara beregu, baik putera maupun puteri. Jumlah anggota regu sebanyak 8 orang, permainan ini dapat dibuat di lapangan terbuka atau halaman rumah
Bentuk area permainan terima merupakan area petak persegi panjang yang mempunyai panjang lapangan sesuai luas halaman rumah, area tersebut dibagi 6 atau 8 petak dengan ukuran masing-masing petak sesuai ukuran halaman. Garis permainan ditandai dengan garis dari abu bekas pembakaran kayu (abu dapur) dan garis tersebut mudah luntur atau hilang..Tidak ada wasit dalam permainan ini,yang suaranya paling kuat kelompoknya yang menang.Bunyi hentakan kaki dan teriakan mendominasi permainan ini.
Bila tangan lawan sudah bersentuhan atau mengenai badan kita berarti kita dinyatakan kalah atau game over, dan regu lawan akan bergantian masuk dan yang lain menjaga atau menghadang
Waktu finish permainan tidak ditentukan,permainan selasai saat salah satu guru datang dengan rotan di tangan dan berteriak dengan suara yang cukup keras : “bubar besok sekolah”
Dengan sendirinya kami menyudahi permainan dan pulang ke rumah untuk beristirahat.Guru adalah sosok yang sangat kami patuhi.
Di Tempat lain tampak duduk sekelompok pemuda dan pemudi bernyanyi riang diiringi permainan mudik gitar dan okalele, lagunya meriah, suara dan alunan musik sangat merdu dan syadu terdengar di telinga:
Mereka melantunkan lagu lagu dan syair atau saling melempar pantun dan saling berbalas balasan.
“Nona nona zaman sekarang,mau laki laki tidak tau masak nasi”
Atau “merah pakai lah baku merah
Pegang di tangan nona tidak marah