Lihat di mata nona muka merah padam”
Sepenggal syair lagu yang masih saya ingat Sampai saat ini.Dan masih banyak lagi dan pantun mereka lantunkan di malam itu
Entah apa maksud dan pesan dari syair lagu tersebut, waktu itu kami tidak begitu paham, tidak ada seorang anakpun mendekat atau menggangu aktifitas mereka.Dan kita fokus pada permainan dan keasyikan kita masing masing.
Kalau tak ingin Telingamu merah dan bengkak dijewer mereka, jangan coba coba mendekat dan menggangu ktigitas mereka.Itu aturan wajib yang tidak tertulis waktu itu. Jangan ganggu kami, anak-anak,karena saatmu belum tiba
Dari sebuah rumah panggung di sekitar area permainan kami, terdengar gelak tawa bapak bapak yang lagi asyik duduk melingkar dan bercerita,terdengar suara mereka berbisik pelan kadang berbicara keras, tuak putih dan jagung goreng menjadi hidangan wajib ,mereka menikmati dengan bahagia dan kegembiraan, itulah kekhasan mereka.
Gotong royong dan kerja bakti membersihkan kampung menjadi agenda diskusi mereka malam itu ,atau berdiskusi tentang pipa sebagai akses air minum dari sumbernya ke kampung kami yang putus total karena longsor, sehingga penduduk harus mengambilnya ke sungai yang jauh,
Mereka berdiskusi tanpa Juknis dan berbicara tanpa Rancangan dan biaya, untuk kehidupan dan kesejahteraan masyarakat hanya totalitas dan pengorbanan. Sukarela, bekerja tanpa pamrih dan tanpa iming iming apapun.Salut. Beda Kehidupan di zaman dulu dan sekarang memang setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya,
Di zaman sekarang, di era digital dan Teknologi informasi yang canggih, kemerosotan etika dan kejahatan lainnya terjadi dimana mana, keegoisan dan individu sangat menonjol, kehidupan manusia modern dengan mengabilakan segi kemanusaian dan norma norma kesopanan. sudah tidak bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tidak tau menghargai orang yang lebih tua.
Televisi, handphone,laptop dan alat alat canggih lainnya bulan barang langka tetapi sudah menjadi barang kebutuhan pokok.
Pada suatu ketika tidak sengaja saya melihat anak anak di depan gerbang sekolah duduk dengan handphone di tangannya semua syik dengan aktifitas mereka masing – masing, Jari tangan terus bergerek dan mata fokus pada layar android .anak yang satu senyum,yang satu matanya berkaca kaca ,anak yang sebelahnya tertawa,aneh tetapi nyata duduk bersama tetapi dengan ekspresi yang berbeda.
Saya sepakat dengan opa Kobus tetangga saya beliau berkata: sekarang zaman Edan, Handphone itu menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh