Mohon tunggu...
Valeska Cheryl
Valeska Cheryl Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - hi :)

mau isi apa ya

Selanjutnya

Tutup

Film

Asmaraloka Satu Malam yang Penuh Arti: Resensi Film "One Night Stand"

25 Maret 2024   16:00 Diperbarui: 25 Maret 2024   16:05 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menurut gue, orang ketemu itu kebetulan, orang jatuh cinta kebetulan, orang nikah kebetulan. Kebetulan ceweknya lahir di tahun ini, cowoknya lahir di tahun ini, terus mereka ketemu, jatuh cinta, menikah, kebetulan. That’s it." – Lea, dalam film "One Night Stand"

Judul: One Night Stand

Jenis film: Romansa, Drama

Sutradara: Adriyanto Dewo

Produser: Perlita Desiani

Pemeran: Jourdy Pranata, Putri Marino, Elang El Gibran, Agnes Naomi, Tegar Satrya, Ruth Marini, Eduwart Manalu, Gilbert Pattiruhu

Penata Musik: Alvin Callysta

Sinematografer: Tri Adi Prasetyo

Penyunting: Arifin Cu'unk

Rumah produksi: Relate Films

Tanggal rilis: 26 November 2021 (Bioskop Online)

Durasi: 80 menit

Negara: Indonesia

Bahasa: Bahasa Indonesia

Apakah kalian percaya bahwa cinta itu kebetulan? Hubungan satu malam, apakah itu kebetulan? Melihat dari judulnya, sudah terlihat jelas isi dari film ini. Isi yang mampu mengajak penontonnya turut menikmati kesenangan panas yang hanya berlangsung satu malam. Namun, selalu ada hal yang melatarbelakangi perbuatan tersebut. Hal ini digambarkan secara nyata pada film drama romantis berjudul “One Night Stand” yang menelusuri seluk beluk kisah kehidupan dan chemistry antara dua orang dalam wujud hubungan seks di malam pertama mereka bertemu. Mereka adalah Baskara/Ara dan Lea. Aktris pemeran Lea, Putri Marino, berhasil meraih penghargaan kategori Pemeran Utama Wanita Terpuji Film Bioskop di Festival Film Bandung pada tahun 2022. Sementara itu, aktor pemeran Ara yang bernama Jourdy Pranata, sempat menjadi nominasi kategori Piala Maya untuk Aktor Utama Terpilih di penghargaan Piala Maya pada tahun 2021 (Wikipedia, 2023).

“One Night Stand” adalah salah satu film Putri Marino pada tahun 2021. Lahir di tahun 1993, perempuan berdarah Italia-Bali ini telah memainkan peran juga di sejumlah film seperti Losmen Bu Broto dan Cinta Pertama, Kedua & Ketiga. Di sisi lain, Jourdy Pranata juga pernah memainkan peran utama dalam film Kukira Kau Rumah dan Dear Jo. Uniknya, film ini mempertemukan Jourdy dan Putri untuk pertama kalinya, tetapi mereka mampu tampil dengan baik setelah mereka mengatasi kecanggungan dengan mengelilingi Jogja menggunakan sepeda motor, sebelum proses syuting. Selain itu, Jourdy sempat meminta izin kepada suami Putri, Chicco Jerikho, agar dapat berakting bersama Putri. Jerikho tidak menerapkan batasan akting, maka Jourdy pun dapat mendalami karakter Ara dan kebersamaannya bersama Lea (Lova & Setiawan, 2021).

Kisah asmara ini bermulai ketika Ara harus pergi ke Yogyakarta untuk menghadiri pemakaman Mia, istri dari tetangga lamanya, Rendra. Setibanya di Bandar Udara Internasional Yogyakarta, Ara disambut oleh Lea yang akan mengantarnya ke rumah Tante Mia untuk mengikuti proses pemakaman. Selama perjalanan, mereka mengisi waktunya di mobil dengan saling berkenalan dan berbincang. Hubungan ini terus berkembang sembari mereka berbagi cerita dan beradu pandang mengenai kehidupan, bahkan di saat mereka tengah melayat dan menghadiri pemakaman Mia. Hingga pada akhirnya, Ara memberanikan diri untuk mengajak Lea mengikuti pernikahan Ruth dengan Edo, yang diadakan pada hari yang sama dengan pemakaman tersebut. Dari sinilah, kedua tokoh ini terlihat semakin akrab dan menunjukkan ketertarikan mereka sesama lain.

Adriyanto Dewo sebagai sutradara dan penulis, membalut kisah ini dengan tema yang jelas, yaitu percintaan sesaat tapi penuh makna. “Pertemuan walau singkat tapi berkesan, jadi sebuah memori yang akan mengubah satu individu untuk berubah di langkah selanjutnya,” ucap Dewo dalam konferensi pers virtual, sebagaimana yang telah diberitakan pada situs gorontalo.antaranews.com (Khaerunnisa, 2021). Berlatar tempat di Yogyakarta, film berdurasi 1 jam 20 menit ini hanya terfokus pada satu hari dari kehidupan Baskara dan Lea. Satu hari yang mengubah jalan cerita hidup mereka. Alur maju yang memaparkan kunjungan Ara ke pemakaman dan pernikahan di hari yang sama, mampu menciptakan kekontrasan yang dalam antara kepedihan dan kebahagiaan, begitu pula perjumpaan dan perpisahan. Pepat dengan plot yang berbasis dialog, penonton dapat mengeksplorasi pendalaman karakter Ara dan Lea yang terkesan nyata dengan kisah permasalahan hidup masing-masing.

Di balik tampang cantik dengan senyuman manisnya, Lea merupakan seseorang yang kesulitan berdamai dengan masa lalu. Saat umurnya masih menapaki belasan tahun, kejadian traumatis yang melibatkan kekaburan ayahnya membuat Lea tidak pernah meneteskan satupun air mata. Bahkan hingga waktu dalam film tersebut, ayahnya tidak pernah kembali. Ia sempat berani pergi ke Sumba sendirian selama dua tahun, tanpa teman maupun keluarga, hanya karena Lea penasaran.

Gue sebenarnya nggak nyari apa-apa, gue cuma penasaran. Bapak gue pergi karena pengen hidup sendiri, ya gue penasaran rasanya hidup sendiri itu kayak gimana. Jadi, gue menganggap perjalanan itu kayak, apa ya, itu perjalanan gue untuk menenangkan diri,” ujar Lea dalam curhatnya bersama Ara.

Lain halnya dengan Lea, Ara harus berkutat menghadapi sang pacar, Ayu, yang tengah berada di luar negeri, dipeluk oleh orang lain setelah setahun Ayu berpisah dengan Ara. Tanpa tedeng aling-aling, di acara pernikahan Ruth, Ayu berpesan melalui telepon bahwa ia ingin bertemu kembali dengan Ara di Jakarta. “Ngapain kamu ngajakin aku ketemu lagi?” tanya Ara. “Ya gapapa, aku cuma kangen kamu,” jawab Ayu dalam telepon. Ara adalah pria yang segan berkata “tidak” dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan dirinya, maka ia menuruti permintaan Ayu agar segera pulang. “Nanti aku jelasin ke kamu. Please, Ra, please,” pesan Ayu. Sejak saat itu, Ara dan Lea menghabiskan waktunya bersama-sama sebelum Ara berangkat pulang ke Jakarta keesokan harinya.

Melalui “One Night Stand”, penonton dapat merasakan banyak suasana dalam satu film. Panasnya hubungan Ara dan Ayu dapat disaksikan pada adegan paling pertama dari film ini, ditambah dengan adegan one night stand Ara dan Lea menjelang akhir cerita. Suasana pedih dan muram terasa nyata pada pemakaman Mia, didukung oleh baju hitam yang dikenakan para pelayat dan backsound tangisan mereka. Sebaliknya, adegan saat pesta pernikahan menyoroti lampu-lampu dan tamu yang berdansa mengikuti alunan musik romantis. Percakapan Ara dan Lea menunjukkan keterbukaan mereka sesama lain yang mampu membuat cengar cengir para penonton, dibumbui oleh kalimat-kalimat filosofis. “Cinta, yang katanya Ruth safe placelo masih percaya ga?” tanya Lea, ketika mereka sedang duduk di pasir pantai, dekat tempat pernikahan Ruth. Ara menjawab, “Masih.” Mereka kemudian saling tertawa, membuat suasana menjadi cair dan romantis.

Terlepas dari itu, kekuatan utama dari drama “One Night Stand” adalah dialognya yang real dan relatable dengan percakapan sehari-hari, terutama mereka yang sedang mengalami tahap quarter-life crisis. Istilah ini mengacu pada ketakutan dan kekhawatiran akan masa depan yang dialami oleh kalangan dewasa di atas umur 20 tahun. Survei yang dilakukan oleh LinkedIn di Amerika Serikat, India, dan Australia, menunjukkan bahwa 75% dewasa yang berumur di antara 25 dan 33 tahun dari 6014 responden daring mengalami quarter-life crisis. Dalam riset lain di Indonesia, sekitar 59% dari 80 mahasiswa Makassar di tahun terakhir studinya mengalami krisis kehidupan yang serupa (Hasyim, et al., 2024: 1-2). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa quarter-life crisis dialami oleh sebagian besar masyarakat saat ini. Krisis ini dialami oleh Ara dan Lea, ditunjukkan dalam penggalian kisah mereka saat saling curhat sehingga menjadikan film ini semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan penggunaan bahasa santai sekaligus bermakna, penonton dibuat tertarik oleh dinamika Ara dan Lea yang kian memanas seiring perkembangan cerita. Nilai-nilai hidup yang terkandung juga layak untuk dicatat, seperti amanat mengenai berani membela diri dan jangan selalu menuruti orang lain yang permintaannya justru merugikan kita (seperti karakter Ara). Walau mengandung filosofi kehidupan yang pantas dijadikan quotes, dialognya tidak sok puitis sehingga ini menjadi poin plus untuk film dengan pendekatan realisme.

Tak hanya itu, akting Jourdy dan Putri sangat patut untuk diacungkan jempol. Meskipun mereka baru pertama kali dipertemukan untuk syuting, baik Jourdy maupun Putri dapat berlagak natural dan mendalami peran masing-masing secara totalitas. Banyak adegan dalam film tersebut yang dilakukan hanya dalam sekali rekaman atau oneshot, maka kepiawaian akting mereka tidak dapat diragukan kembali. Gaya sinematografi juga terbilang unik, karena Dewo mengambil gambar dari sudut yang bervariasi dengan adanya “goyangan” kamera. Untuk sebagian orang, hal ini dapat memberikan kesan videografi amatiran, tetapi hal tersebut ditujukan untuk menambah impresi bahwa penonton sungguh hadir dalam adegan-adegan film tersebut. Sebagai contoh, gambar film seolah bergoyang ketika Ara dan Lea bercakap-cakap di mobil. Gaya pengambilan ini didukung oleh backsound yang juga realistis dan sesuai dengan latar adegan. Dalam mobil, backsound tersebut adalah lagu yang terdengar garing, seakan-akan penonton mendengar langsung lagu tersebut dari radio di mobil Lea.

Di sisi lain, ada beberapa hal yang dapat menjadi catatan untuk para produksi film. Seperti yang tertulis dalam laman mojok.co, perkenalan Ara dan Lea di bandara terkesan terlalu cepat untuk orang yang baru saja mengenal satu sama lain (Sabilurrosyad, 2021). Tahapan hubungan mereka tidak sesuai dengan social penetration theory atau teori kulit bawang menurut Altman dan Taylor. Ibarat bawang yang memiliki lapisan bertumpuk, terdapat tahapan komunikasi seseorang, di mana semakin dalam lapisan tersebut, maka semakin “dalam” pula hubungannya dengan orang tertentu. Lapisan pertama adalah orientasi atau perkenalan, di saat seseorang menanyakan nama, asal kota, dan lainnya, ditandai dengan sikap waspada saat berbagi informasi. Mengupas kulit lebih dalam, orientasi diikuti oleh tahap pertukaran afektif eksploratif. Pada tahapan ini, ada peningkatan luas dari topik yang dibahas, meskipun topik-topik tersebut secara umum masih mengungkap kepribadian seseorang secara umum. Hal ini dapat berupa hobi dan makanan kesukaan. Lapisan selanjutnya, seseorang akan mulai membicarakan mengenai pengalaman yang bersifat pribadi, tahapan ini dinamakan tahap pertukaran afektif. Terakhir, lapisan yang paling dalam adalah tahap pertukaran stabil, yang ditandai dengan kejujuran dan keintiman, tingkat spontanitas yang tinggi, dan keterbukaan pikiran, perasaan, serta perilaku (Carpenter & Greene, 2015: 2-3).

Dalam film ini, begitu Ara dan Lea berkenalan dan saling bertukar tujuan kedatangan, Ara langsung mengatakan bahwa ia pernah tersesat di bandara. “Lo tahu ga, dulu gue pernah hilang di airport ini. Dulu, waktu masih kecil,” ucapnya setelah menuruni eskalator bandara. Hal ini memicu keterbukaan mereka secara tiba-tiba, karena pembicaraan selanjutnya membahas mengenai ketidaksukaan Lea terhadap bandara secara filosofis, kesukaan mereka terhadap pantai, dan pengalaman Lea di Sumba. “Jadi, gue ga ingat apa yang terjadi, tapi bangun pagi, gue ambil handphone, gue pesan tiket, terus gue pergi ke bandara, terus udah, pergi. Tanpa mikir.” Pembicaraan ini sekaligus menyentuh dua lapisan bawang sekaligus seusai melewati tahap orientasi, yaitu tahap pertukaran afektif eksploratif dan pertukaran afektif, karena Ara menceritakan pengalaman pribadinya. Maka, hal ini kurang sesuai dengan urutan teori tersebut. Namun, bisa jadi, mereka memang telah merasakan “ikatan” sejak pertama kali bertemu sehingga Ara tiba-tiba terbuka kepada Lea.

Selain itu, film menawarkan cerita yang klise dan mudah ditebak dikarenakan plotnya yang amat simpel serta terfokus pada perkembangan hubungan Ara dan Lea. Untuk sebagian orang, hal ini dapat memicu rasa bosan. Ditambah lagi, tidak terdapat konflik atau permasalahan yang mendasari keseluruhan cerita. Pasalnya, film ini hanya mengisahkan perjalanan Ara selama di Yogyakarta dan waktunya bersama Lea, mulai dari pengenalan mereka, peningkatan kedekatan hubungan mereka, kemudian mencapai klimaks di saat mereka melakukan seks, dan terakhir adalah resolusi atau penyelesaian cerita. Walau mengikuti struktur alur maju, inti dari ceritanya hanya terletak pada perkembangan hubungan Ara dan Lea saja.

“One Night Stand” menyuguhkan drama santai nan berahi yang dilengkapi oleh pesan-pesan hidup bermakna. Dengan kecakapan akting Jourdy dan Putri disertai dengan pendalaman tokoh yang baik, film ini turut mengantar penontonnya merasakan rangkaian adegan bersama Ara dan Lea, meskipun terdapat beberapa kekurangan. Bagi penggemar cerita romansa yang santai dan panas, film ini cocok untuk disaksikan sendiri maupun bersama orang lain. Oleh karena adanya konten dewasa berupa hubungan intim dan klub malam, sebaiknya penonton sudah berumur minimal 17 tahun, sesuai dengan batasan umur film yang direkomendasikan oleh Bioskop Online dalam situsnya. Di bawah umur tersebut, pengawasan orang tua atau wali menjadi wajib agar konten tidak memengaruhi perkembangan anak. Apakah kebersamaan Ara dan Lea akan berakhir kebetulan? Atau justru tidak? Simaklah film “One Night Stand” yang tersedia di Bioskop Online dan Netflix.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenter, A., & Greene, K. (2015). Social Penetration Theory. In The International Encyclopedia of Interpersonal Communication. Wiley Blackwell. https://doi.org/10.1002/9781118540190.wbeic160

Hasyim, F. F., Setyowibowo, H., & Purba, F. D. (2024). Factors Contributing to Quarter Life Crisis on Early Adulthood: A Systematic Literature Review. Psychology Research and Behavior Management, 17, 1-2. https://www.dovepress.com/factors-contributing-to-quarter-life-crisis-on-early-adulthood-a-syste-peer-reviewed-fulltext-article-PRBM

Khaerunnisa, R. (2021). Film "One Night Stand" rangkuman dari kisah pertemuan singkat bermakna. Wikipedia. Diakses 24 Maret, 2024, dari  https://gorontalo.antaranews.com/berita/178461/film-one-night-stand-rangkuman-dari-kisah-pertemuan-singkat-bermakna

Lova, C., & Setiawan, T. S. (2021). Segera Tayang, Ini 6 Cerita Menarik di Balik Film One Night Stand Halaman all. Kompas.com. Diakses 18 Maret, 2024, dari  https://www.kompas.com/hype/read/2021/11/25/103852566/segera-tayang-ini-6-cerita-menarik-di-balik-film-one-night-stand?page=all

Sabilurrosyad, M. (2021). Review Film One Night Stand– Terminal Mojok. Mojok.co. Diakses 23 Maret, 2024, dari https://mojok.co/terminal/review-film-one-night-stand/

Wikipedia. (2023). One Night Stand (film). Wikipedia bahasa Indonesia. Diakses 18 Maret, 2024, dari  https://id.m.wikipedia.org/wiki/One_Night_Stand_(film)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun