Mohon tunggu...
Valeska Cheryl
Valeska Cheryl Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - hi :)

mau isi apa ya

Selanjutnya

Tutup

Film

Asmaraloka Satu Malam yang Penuh Arti: Resensi Film "One Night Stand"

25 Maret 2024   16:00 Diperbarui: 25 Maret 2024   16:05 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari itu, kekuatan utama dari drama “One Night Stand” adalah dialognya yang real dan relatable dengan percakapan sehari-hari, terutama mereka yang sedang mengalami tahap quarter-life crisis. Istilah ini mengacu pada ketakutan dan kekhawatiran akan masa depan yang dialami oleh kalangan dewasa di atas umur 20 tahun. Survei yang dilakukan oleh LinkedIn di Amerika Serikat, India, dan Australia, menunjukkan bahwa 75% dewasa yang berumur di antara 25 dan 33 tahun dari 6014 responden daring mengalami quarter-life crisis. Dalam riset lain di Indonesia, sekitar 59% dari 80 mahasiswa Makassar di tahun terakhir studinya mengalami krisis kehidupan yang serupa (Hasyim, et al., 2024: 1-2). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa quarter-life crisis dialami oleh sebagian besar masyarakat saat ini. Krisis ini dialami oleh Ara dan Lea, ditunjukkan dalam penggalian kisah mereka saat saling curhat sehingga menjadikan film ini semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan penggunaan bahasa santai sekaligus bermakna, penonton dibuat tertarik oleh dinamika Ara dan Lea yang kian memanas seiring perkembangan cerita. Nilai-nilai hidup yang terkandung juga layak untuk dicatat, seperti amanat mengenai berani membela diri dan jangan selalu menuruti orang lain yang permintaannya justru merugikan kita (seperti karakter Ara). Walau mengandung filosofi kehidupan yang pantas dijadikan quotes, dialognya tidak sok puitis sehingga ini menjadi poin plus untuk film dengan pendekatan realisme.

Tak hanya itu, akting Jourdy dan Putri sangat patut untuk diacungkan jempol. Meskipun mereka baru pertama kali dipertemukan untuk syuting, baik Jourdy maupun Putri dapat berlagak natural dan mendalami peran masing-masing secara totalitas. Banyak adegan dalam film tersebut yang dilakukan hanya dalam sekali rekaman atau oneshot, maka kepiawaian akting mereka tidak dapat diragukan kembali. Gaya sinematografi juga terbilang unik, karena Dewo mengambil gambar dari sudut yang bervariasi dengan adanya “goyangan” kamera. Untuk sebagian orang, hal ini dapat memberikan kesan videografi amatiran, tetapi hal tersebut ditujukan untuk menambah impresi bahwa penonton sungguh hadir dalam adegan-adegan film tersebut. Sebagai contoh, gambar film seolah bergoyang ketika Ara dan Lea bercakap-cakap di mobil. Gaya pengambilan ini didukung oleh backsound yang juga realistis dan sesuai dengan latar adegan. Dalam mobil, backsound tersebut adalah lagu yang terdengar garing, seakan-akan penonton mendengar langsung lagu tersebut dari radio di mobil Lea.

Di sisi lain, ada beberapa hal yang dapat menjadi catatan untuk para produksi film. Seperti yang tertulis dalam laman mojok.co, perkenalan Ara dan Lea di bandara terkesan terlalu cepat untuk orang yang baru saja mengenal satu sama lain (Sabilurrosyad, 2021). Tahapan hubungan mereka tidak sesuai dengan social penetration theory atau teori kulit bawang menurut Altman dan Taylor. Ibarat bawang yang memiliki lapisan bertumpuk, terdapat tahapan komunikasi seseorang, di mana semakin dalam lapisan tersebut, maka semakin “dalam” pula hubungannya dengan orang tertentu. Lapisan pertama adalah orientasi atau perkenalan, di saat seseorang menanyakan nama, asal kota, dan lainnya, ditandai dengan sikap waspada saat berbagi informasi. Mengupas kulit lebih dalam, orientasi diikuti oleh tahap pertukaran afektif eksploratif. Pada tahapan ini, ada peningkatan luas dari topik yang dibahas, meskipun topik-topik tersebut secara umum masih mengungkap kepribadian seseorang secara umum. Hal ini dapat berupa hobi dan makanan kesukaan. Lapisan selanjutnya, seseorang akan mulai membicarakan mengenai pengalaman yang bersifat pribadi, tahapan ini dinamakan tahap pertukaran afektif. Terakhir, lapisan yang paling dalam adalah tahap pertukaran stabil, yang ditandai dengan kejujuran dan keintiman, tingkat spontanitas yang tinggi, dan keterbukaan pikiran, perasaan, serta perilaku (Carpenter & Greene, 2015: 2-3).

Dalam film ini, begitu Ara dan Lea berkenalan dan saling bertukar tujuan kedatangan, Ara langsung mengatakan bahwa ia pernah tersesat di bandara. “Lo tahu ga, dulu gue pernah hilang di airport ini. Dulu, waktu masih kecil,” ucapnya setelah menuruni eskalator bandara. Hal ini memicu keterbukaan mereka secara tiba-tiba, karena pembicaraan selanjutnya membahas mengenai ketidaksukaan Lea terhadap bandara secara filosofis, kesukaan mereka terhadap pantai, dan pengalaman Lea di Sumba. “Jadi, gue ga ingat apa yang terjadi, tapi bangun pagi, gue ambil handphone, gue pesan tiket, terus gue pergi ke bandara, terus udah, pergi. Tanpa mikir.” Pembicaraan ini sekaligus menyentuh dua lapisan bawang sekaligus seusai melewati tahap orientasi, yaitu tahap pertukaran afektif eksploratif dan pertukaran afektif, karena Ara menceritakan pengalaman pribadinya. Maka, hal ini kurang sesuai dengan urutan teori tersebut. Namun, bisa jadi, mereka memang telah merasakan “ikatan” sejak pertama kali bertemu sehingga Ara tiba-tiba terbuka kepada Lea.

Selain itu, film menawarkan cerita yang klise dan mudah ditebak dikarenakan plotnya yang amat simpel serta terfokus pada perkembangan hubungan Ara dan Lea. Untuk sebagian orang, hal ini dapat memicu rasa bosan. Ditambah lagi, tidak terdapat konflik atau permasalahan yang mendasari keseluruhan cerita. Pasalnya, film ini hanya mengisahkan perjalanan Ara selama di Yogyakarta dan waktunya bersama Lea, mulai dari pengenalan mereka, peningkatan kedekatan hubungan mereka, kemudian mencapai klimaks di saat mereka melakukan seks, dan terakhir adalah resolusi atau penyelesaian cerita. Walau mengikuti struktur alur maju, inti dari ceritanya hanya terletak pada perkembangan hubungan Ara dan Lea saja.

“One Night Stand” menyuguhkan drama santai nan berahi yang dilengkapi oleh pesan-pesan hidup bermakna. Dengan kecakapan akting Jourdy dan Putri disertai dengan pendalaman tokoh yang baik, film ini turut mengantar penontonnya merasakan rangkaian adegan bersama Ara dan Lea, meskipun terdapat beberapa kekurangan. Bagi penggemar cerita romansa yang santai dan panas, film ini cocok untuk disaksikan sendiri maupun bersama orang lain. Oleh karena adanya konten dewasa berupa hubungan intim dan klub malam, sebaiknya penonton sudah berumur minimal 17 tahun, sesuai dengan batasan umur film yang direkomendasikan oleh Bioskop Online dalam situsnya. Di bawah umur tersebut, pengawasan orang tua atau wali menjadi wajib agar konten tidak memengaruhi perkembangan anak. Apakah kebersamaan Ara dan Lea akan berakhir kebetulan? Atau justru tidak? Simaklah film “One Night Stand” yang tersedia di Bioskop Online dan Netflix.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenter, A., & Greene, K. (2015). Social Penetration Theory. In The International Encyclopedia of Interpersonal Communication. Wiley Blackwell. https://doi.org/10.1002/9781118540190.wbeic160

Hasyim, F. F., Setyowibowo, H., & Purba, F. D. (2024). Factors Contributing to Quarter Life Crisis on Early Adulthood: A Systematic Literature Review. Psychology Research and Behavior Management, 17, 1-2. https://www.dovepress.com/factors-contributing-to-quarter-life-crisis-on-early-adulthood-a-syste-peer-reviewed-fulltext-article-PRBM

Khaerunnisa, R. (2021). Film "One Night Stand" rangkuman dari kisah pertemuan singkat bermakna. Wikipedia. Diakses 24 Maret, 2024, dari  https://gorontalo.antaranews.com/berita/178461/film-one-night-stand-rangkuman-dari-kisah-pertemuan-singkat-bermakna

Lova, C., & Setiawan, T. S. (2021). Segera Tayang, Ini 6 Cerita Menarik di Balik Film One Night Stand Halaman all. Kompas.com. Diakses 18 Maret, 2024, dari  https://www.kompas.com/hype/read/2021/11/25/103852566/segera-tayang-ini-6-cerita-menarik-di-balik-film-one-night-stand?page=all

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun