Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toleransi Bukan Sekedar Basa-Basi, Perlu Diejawantahkan Sebagai Jaminan Keutuhan NKRI

22 Maret 2023   17:49 Diperbarui: 22 Maret 2023   18:49 18540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bhinneka artinya beragam, Tunggal artinya satu, Ika artinya itu, yakni beragam satu itu. Konon, pendiri bangsa yang pertama kali menyebut frasa Bhinneka Tunggal Ika adalah Moh Yamin. Dia mengucapkannya di sela-sela sidang BPUPKI. Sontak, I Gusti Bagus Sugriwa, tokoh yang berasal dari Bali, menyahut dengan ucapan "Tan hana dharma mangrwa".

Dalam pendapat lain, Bung Hatta mengatakan bahwa frasa Bhinneka Tunggal Ika adalah usulan Bung Karno. Gagasan tersebut secara historis diusulkan setelah Indonesia merdeka, saat momen munculnya kebutuhan untuk merancang lambang negara dalam bentuk Garuda Pancasila.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara, Bhinneka Tunggal Ika ditulis dengan huruf latin dalam bahasa Jawa Kuno tepat di bawah lambang negara. Sebagaimana bunyi Pasal 5 sebagai berikut "Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-Kuno, yang berbunyi: BHINNEKA TUNGGAL IKA."

Oleh sebab itu pada alinea ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tidak diamademen mempertahakankan keasliannya, ...." maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"

Maka selanjutnya kita kenal dengan Pancasila. Melalui situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau disingkat BPIP, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengandung makna bahwa semua aktivitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan Pancasila. Menyebutkan salah satu fungsi Pancasila, pada butir ke empat adalah bahwa bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bisa mempersatukan masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, nilai-nilai luhur toleransi sebenarnya sudah sejak lama dijalankan secara suci dan mengikat. Salah satunya Tradisi yang penting dalam kehidupan masyarakat Maluku Tengah secara historis dan kultural adalah Pela Gandong. Tradisi Pela-Gandong pada hakikatnya merupakan hasil dan buah dariproses interaksi sosial masyarakat di kepulauan sekitar Maluku Tengah.

Tradisi Tolerasi di Budaya Masyarakat

Menurut, Althien J Pesurnay. Dalam jurnalnya berjudul. Muatan Nilai dalam Tradisi Pela Gandong di Maluku Tengah. Menjelaskan lebih lanjut menyebutkan bahwa nilai yang terkandung dalam Pela Gandong jika dilihat dari pandangan tersebut merupakan buah dari sosialitas dan kehidupan masyarakat Maluku. 

Makna dari nilai-nilai dalam Pela Gandong dalam perspektif Axiologi Max Scheler berada pada taraf nilai Vital. Nilai vital dan spiritual berarti nilai yang tidak tergantung dan tidak dapat direduksi menjadi hanya persoalan kenikmatan. Suatu nilai dapat berada lebih tinggi dari nilai lain ketika nilai tersebut menjadi dasar bagi nilai yang lain itu. Nilai Vital dalam kehidupan masyarakat Maluku muncul dalam interaksi dan sosialitasnya untuk proyeksi untuk menghadapi tantangan yang dinamis.

Pela Gandong juga dapat diposisikan ada pada taraf nilai spiritual sebab menyangkut sesuatu yang suci. Ikatan sosial yang dijalin dalam Pela Gandong mengandaikan intuisi kepada yang spiritual, tinggi, suci, suatu yang absolut. Atas dasar itulah ikatan Pela tidak pudar dan tergerus oleh ruang dan waktu.

Nilai spiritual menjadi dasar penting karena dalam kehidupan masyarakat Maluku tengah mayoritas menganut dua agama yakni Islam dan Kristen. Konsekuensinya nilai spiritual dalam komunitas kelompok yang memiliki keyakinan religi prinsip spiritualitas menjadi landasan. Setiap perjumpaan ikatan Pela dan Gandong mengandaikan landasan-landasan spiritual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun