Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kutipan Surat Terakhir Paus Benediktus XVI tentang Kematiannya

3 Januari 2023   10:21 Diperbarui: 3 Januari 2023   11:24 16969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Benediktus XVI  Source : pbs.org

ketika saya melihat kembali umur panjang saya, saya dapat memiliki alasan yang kuat untuk takut dan gentar, (tetapi) saya tetap gembira, karena saya percaya dengan teguh bahwa Tuhan bukan hanya hakim yang adil, tetapi juga teman dan saudara yang (bagi) dirinya sendiri telah menderita karena kekurangan saya, dan dengan demikian juga menjadi advokat (Penasehat/penyokong) saya, "Paraclete" (Pembela/penghibur) saya.

- Paus Benediktus XVI -

Dunia dikejutkan, berbagai kalangan lintas, negara budaya dan agama, khususnya umat katolik berduka ketika media Argentina La Nacin, memberitakan Paus Benediktus XVI meninggal dunia di usia 95 tahun pada Sabtu (31/12) setelah kesehatannya terus memburuk.

Kematiannya terjadi setelah jam 9 pagi waktu setempat, saat dia berada di kamarnya yang terletak di lantai pertama biara Mater Ecclesiae, di Vatikan. (thetimeshub.in 1/01/2023)

Sumber-sumber Vatikan mengkonfirmasi kepada koresponden surat kabar Argentina La Nacin di Roma kata-kata terakhir Benediktus XVI: "Jesus, ich liebe dich" ("Jesus, I love you", dalam bahasa Jerman) .  Kata-kata terakhir Inilah yang menjadi tajuk berita hampir sebagian besar media internasional

Menurut La Nacin. Saat Paus meninggal , di kamar In Ratzinger terdapat dua dokter dan dua perawat, empat wanita bakti dari kelompok Memores Domini -Carmela, Loredana, Cristina dan Rossella-, dan sekretaris mereka, Suster Birgit Wansing.

Selain itu media trans-Andes, setelah terkonfirmasi kematian mantan (emeritus) Paus Benediktus XVI, sekretaris pribadi Benediktus XVI, Uskup Agung Georg Ganswein, memberi tahu Paus Fransiskus melalui telepon tentang apa yang telah terjadi, yang menghadiri ranjang kematian pendahulunya untuk memberinya berkat terakhir dan berdoa dalam hati. di samping tubuhnya . Selanjutnya, ia memerintahkan Uskup Agung Gaswein untuk menghubungi direktur Ruang Pers, Matteo Bruni, agar berita tersebut dapat disebarluaskan secepatnya.

Selama kurun waktu selama 600 tahun, Paus Emeritus Benediktus XVI merupakan Paus Agung pertama yang mengundurkan diri dari jabatannya, karena pertimbangan faktor kesehatan

Paus Emeritus Benediktus XVI, dalam bahasa Latin: Papam Emeritum Benedictus PP. XVI, dengan nama lahir dari Joseph Alois Ratzinger yang lahir pada 16 April 1927, adalah Paus Emeritus Gereja Katolik Roma. Ia melayani sebagai Paus ke-265 Gereja Katolik Roma sejak 19 April 2005 hingga mengundurkan diri pada 28 Februari 2013.

Selain ucapan terakhir, sang Paus. Jesus, ich liebe dich.  yang cukup megugah hati sekalus meneguhkan iman percaya umat katolik di seluruh dunia, termasuk berbagai aliran Kristen interdedominasi yang percaya aklan ketuhanan Yesus. Banyak media internasional juga memberitakan terkait surat terakhir almarhum Paus, tertanggal 6 Februari 2022 dengan berbagai judul berita yang bervariasi.

Sebenarnya, saya ingin megulas beberapa hal  tentang surat terakhir tersebut, yang menurut saya penting untuk direnungkan, namun saya memilih untuk mengutip pernyataan almarhum Paus Benediktus XVI pada paragraf terakhir surat yang terakhir tersebut, yaitu yang terkait dirinya ketika menghadapi kematian.

Surat terakhir tersebut dapat anda akses melalui tautan resmi, vatikan, dengan alamat url,

https://press.vatican.va/content/salastampa/en/bollettino/pubblico/2022/02/08/220208b.html

Pada paragraf terakhir paus Benediktus XVI menulis,

Quite soon, I shall find myself before the final judge of my life. Even though, as I look back on my long life, I can have great reason for fear and trembling, I am nonetheless of good cheer, for I trust firmly that the Lord is not only the just judge, but also the friend and brother who himself has already suffered for my shortcomings, and is thus also my advocate, my "Paraclete". In light of the hour of judgement, the grace of being a Christian becomes all the more clear to me. 

It grants me knowledge, and indeed friendship, with the judge of my life, and thus allows me to pass confidently through the dark door of death. In this regard, I am constantly reminded of what John tells us at the beginning of the Apocalypse: he sees the Son of Man in all his grandeur and falls at his feet as though dead. Yet He, placing his right hand on him, says to him: "Do not be afraid! It is I..." (cf. Rev 1:12-17).

Paragraf terakhir ini bila kurang lebih diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia dapat diartikan

Segera, saya akan menemukan diri saya di hadapan hakim terakhir dalam hidup saya. Meskipun, ketika saya melihat kembali umur panjang saya, saya dapat memiliki alasan yang kuat untuk takut dan gentar, saya tetap gembira, karena saya percaya dengan teguh bahwa Tuhan bukan hanya hakim yang adil, tetapi juga teman dan saudara yang (bagi) dirinya sendiri telah menderita karena kekurangan saya, dan dengan demikian juga menjadi advokat (Penasehat/penyokong) saya, "Paraclete" (Pembela/penghibur) saya. 

Mengingat saat penghakiman, anugerah menjadi seorang Kristen menjadi semakin jelas bagi saya. Itu memberi saya pengetahuan, dan memang persahabatan, dengan hakim hidup saya, dan dengan demikian memungkinkan saya untuk melewati pintu gelap kematian dengan percaya diri. Dalam hal ini, saya terus-menerus diingatkan tentang apa yang dikatakan Yohanes kepada kita di awal Kiamat: dia melihat Anak Manusia dalam segala keagungannya dan tersungkur di kakinya seolah-olah mati. Namun Dia, meletakkan tangan kanannya di atasnya, berkata kepadanya: "Jangan takut! Akulah..." (lih. Wahyu  1:12-17).

Menurut saya kelanjutan paragraf terakhir  yang tepat sesuai surat tersebut terletak pada ayat yang ke 17; "Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya  sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut!  Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir"

Namun agar lengkap mengetahui tulisan pada Kitab Wahyi 1:12-17 seperti kutipan pada surat Paus, dalam menurut terjemahan bahasa indonesia baru dapat di baca

1:12 Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas 1 . 1:13 Dan di tengah-tengah kaki dian   itu ada seorang serupa Anak Manusia 2 ,   berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki,   dan dadanya   berlilitkan ikat pinggang dari emas. 1:14 Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. 1:15 Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian;   suara-Nya bagaikan desau air bah.  

1:16 Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang b  tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. 1:17 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya d  sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut!  Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir

Ungkapan Paus dalam suratnya, bahwa , Meskipun, ketika saya melihat kembali umur panjang saya, saya dapat memiliki alasan yang kuat untuk takut dan gentar, saya tetap gembira, karena saya percaya dengan teguh bahwa Tuhan bukan hanya hakim yang adil, tetapi juga teman dan saudara, sekalipun ada ayat lain juga yang paralel dengan maksud ini, namun diantaranya Sabda  dan Perintah langsung Yesus kepada murid-muridnya/rasul-nya  (yang dapat ditafsir secara luas melalui kuasa Roh Kudus) dalam Injill Yohanes pasal yang ke  15 paling tidak penekanan ya  pada ayat 12 hingga 15 dapat dibaca sebagai berikut, 

15:12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.  15:14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan  kepadamu. 15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku

Hal inilah yang dalam pemahaman saya, Paus dalam menghadapi kematiannya, ia tidak gentar, justeru gembira karena iman percayanya.

Bagi saya, sebagai orang percaya, surat Paus yang terakhir ini selain inti sarinya dapat dibaca  dan ditafsirkan berdasarkan  banyak pasal/ayat yang paralel di dalam Alkitab. Jika diimani melalui kuasa Roh Kudus oleh siapa saja. Ketegasannya dapat dibaca kembali pada surat terakhir Paus Benediktus XVI tersebut  terkait keteguhan iman percayanya yang dapat menjadi perenungan para pengikut Kristus, umat krstiani di seluruh dunia.

Oleh sebab itu dunia telah ditinggalkannya dan menangisi kepergiannya, namun melalui iman percayanya, kini ia telah bersama sahabat dan temannya, hakim yang adil dalam sukacita dan kegembiraan.

Selamat jalan Joseph Alois Ratzinger!  Requiem aeternam dona eis (ei), Domine, et lux perpetua luceat eis (ei). Requiescant (-at) in pace. Amen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun