Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kutipan Surat Terakhir Paus Benediktus XVI tentang Kematiannya

3 Januari 2023   10:21 Diperbarui: 3 Januari 2023   11:24 16969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Benediktus XVI  Source : pbs.org

Sebenarnya, saya ingin megulas beberapa hal  tentang surat terakhir tersebut, yang menurut saya penting untuk direnungkan, namun saya memilih untuk mengutip pernyataan almarhum Paus Benediktus XVI pada paragraf terakhir surat yang terakhir tersebut, yaitu yang terkait dirinya ketika menghadapi kematian.

Surat terakhir tersebut dapat anda akses melalui tautan resmi, vatikan, dengan alamat url,

https://press.vatican.va/content/salastampa/en/bollettino/pubblico/2022/02/08/220208b.html

Pada paragraf terakhir paus Benediktus XVI menulis,

Quite soon, I shall find myself before the final judge of my life. Even though, as I look back on my long life, I can have great reason for fear and trembling, I am nonetheless of good cheer, for I trust firmly that the Lord is not only the just judge, but also the friend and brother who himself has already suffered for my shortcomings, and is thus also my advocate, my "Paraclete". In light of the hour of judgement, the grace of being a Christian becomes all the more clear to me. 

It grants me knowledge, and indeed friendship, with the judge of my life, and thus allows me to pass confidently through the dark door of death. In this regard, I am constantly reminded of what John tells us at the beginning of the Apocalypse: he sees the Son of Man in all his grandeur and falls at his feet as though dead. Yet He, placing his right hand on him, says to him: "Do not be afraid! It is I..." (cf. Rev 1:12-17).

Paragraf terakhir ini bila kurang lebih diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia dapat diartikan

Segera, saya akan menemukan diri saya di hadapan hakim terakhir dalam hidup saya. Meskipun, ketika saya melihat kembali umur panjang saya, saya dapat memiliki alasan yang kuat untuk takut dan gentar, saya tetap gembira, karena saya percaya dengan teguh bahwa Tuhan bukan hanya hakim yang adil, tetapi juga teman dan saudara yang (bagi) dirinya sendiri telah menderita karena kekurangan saya, dan dengan demikian juga menjadi advokat (Penasehat/penyokong) saya, "Paraclete" (Pembela/penghibur) saya. 

Mengingat saat penghakiman, anugerah menjadi seorang Kristen menjadi semakin jelas bagi saya. Itu memberi saya pengetahuan, dan memang persahabatan, dengan hakim hidup saya, dan dengan demikian memungkinkan saya untuk melewati pintu gelap kematian dengan percaya diri. Dalam hal ini, saya terus-menerus diingatkan tentang apa yang dikatakan Yohanes kepada kita di awal Kiamat: dia melihat Anak Manusia dalam segala keagungannya dan tersungkur di kakinya seolah-olah mati. Namun Dia, meletakkan tangan kanannya di atasnya, berkata kepadanya: "Jangan takut! Akulah..." (lih. Wahyu  1:12-17).

Menurut saya kelanjutan paragraf terakhir  yang tepat sesuai surat tersebut terletak pada ayat yang ke 17; "Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya  sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut!  Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir"

Namun agar lengkap mengetahui tulisan pada Kitab Wahyi 1:12-17 seperti kutipan pada surat Paus, dalam menurut terjemahan bahasa indonesia baru dapat di baca

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun