Hasto sendiri tidak mungkin bergerak maju tanpa seizin dan dorongan Megawati sebagai Ketua Umum. Dan seorang Megawati menurut Erros, tidak mungkin membiarkan Hasto melakukan politik perlawanan terhadap kubu istana, sebelum beliau tahu pasti gagasan politik busuk ini, bukan atas perintah dan kemauan Presiden Jokowi sebagai salah satu kader terbaiknya.
Di sinilah mungkin sedikit ada gambaran bahwa presiden memang sengaja disandera dengan isu Tunda Pemilu oleh lingkaran 1 nya sendiri. Megawati rasanya cukup paham dan percaya sepenuh hati dengan sikap Jokowi, sehingga tidak diam untuk menetralkan keadaan apabila ada peran kader-kadernya dilingkaran 1 Presiden yang ikut bermain, ini sekaligus peringatan dan menujukan positioning sebagai Ketua Umum Partai Penguasa, jadi wajar Hasto langsung bereaksi.
Lewat serangan kubu PDIP ini, pertanyaan pun berlanjut menurut Erros, "apa iya LBP begitu berani melangkahi Presiden begitu saja?" Apa sudah sebegitu jauhkah kekuatan LBP yang bisa semaunya dan atas nama kepentingan 'politik pribadi' dan kelompoknya bersuara mengatasnamakan 'misi politik istana'?
Waduh, saya mau mengomentari ini agak gagap, karena bakal keterusan ngebahas gak karuan, Bukannya takut. Tapi ya, seperti itulah banyak pengamat bahkan orang awam pun dapat berpendapat demikian.
Nah, dengan kondisi ini, wajar ketika Erros mengakatakan bahwa para analis usil pun melanjutkan pertanyaan ini dengan berbagai hipotesa yang salah satunya meneropong seberapa besar kekuatan para Oligark berada dalam genggaman tangan LBP, sehingga begitu besar pengaruhnya untuk mengarahkan politik istana sesuai dengan desain dan tujuan politik LBP dan kelompoknya?
Saya kutip Pernyataan Erros, "Bila benar sepenuhnya manuver politik tunda Pemilu datang dari seorang LBP sebagai salah satu pembantu Presiden, persoalan pun menjadi lebih mudah diselesaikan. LBP diminta mundur dan Presiden menunjuk gantinya! Bila Presiden ragu dan tak ada keberanian untuk melakukan yang harus dilakukan demi menghindari gelembungan moral hazard politik di lingkaran kekuasaan istana; wajar bila kemudian masyarakat bertanya-tanya; ada apa dengan mereka? Karena masyarakat telah terbiasa berada dalam lingkar pertanyaan; ada apa dengan cinta?" hahaha. Uraian budayawan satu ini menyentil dengan gaya bahasanya.
Menurut Erros, LBP pernah bersaksi dan beliau mendengar langsung bahwa, ia (LBP) sebagai pribadi telah memiliki segalanya. Dalam sisa hidupnya ini, ia hanya ingin mempersembahkan segala daya, pikiran, dan pengalamannya selama berkiprah baik di wilayah militer maupun di wilayah sipil sebagai pejabat negara, untuk sepenuhnya hanya mengabdi kepada negara tanpa keinginan sedikit pun menumpuk kekayaan pribadi dan ha-hal yang merugikan bangsa dan negara
So bagaimana pendapat anda dari sekelumit paparan Mas Erros?
Kalau bagi saya, seperti diartikan atau didefnisikan oleh Henry George Liddell, Robert Scott, dalam buku "A Greek-English Lexicon" dalam Perseus Digital Library. Â Oligarki sebagai bentuk struktur kekuasaan di mana kekuasaan berada dan dikenadilkan oleh sejumlah kecil orang (sekompok orang). Orang-orang ini mungkin atau mungkin tidak dibedakan oleh satu atau beberapa karakteristik, seperti bangsawan , ketenaran , kekayaan , pendidikan , atau kontrol perusahaan , politik , atau militer .
Sepanjang sejarah, oligarki sering bersifat tirani , mengandalkan kepatuhan atau penindasan publik untuk eksis. Aristoteles mempelopori penggunaan istilah tersebut sebagai aturan yang berarti oleh orang kaya, yang istilah lain yang umum digunakan saat ini adalah plutokrasi.Â
Pada awal abad ke-20 Robert Michels mengembangkan teori bahwa demokrasi, seperti semua organisasi besar, cenderung berubah menjadi oligarki. Dalam " hukum besi oligarki " dia menyarankan bahwa pembagian kerja yang diperlukan dalam organisasi besar mengarah pada pembentukan kelas penguasa yang sebagian besar peduli dengan melindungi kekuasaan mereka sendiri.