Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden "Tersandera" di Lingkungan Terdekatnya?

23 Maret 2022   05:33 Diperbarui: 24 Maret 2022   23:02 10393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo. Foto: Istimewa (indonesiainside.id)

Biar jangan salah paham, namun boleh mengartikan dalam imajinasi dan analisa lain. Kata tersandera, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah sudah disandera dan arti lainnya adalah dapat disandera. Dan dalam koteks tulisan ini, secara politis menurut Umbu TW Pariangu Dosen Fisipol Universitas Nusa Cendana (mediaindonesia.com 27/03/2019), konsolidasi demokrasi potensial tersandera jika, pertama, aktualisasi demokrasi masih sebatas prosedural-normatif tetapi tidak diikuti komitmen praktis untuk mengimplementasi dan menegakkannya.

'testing the water', ketika sejumlah Ketua Umum partai (tentu saja partai pendukung pemerintah dan lingkaran 1 Presiden) dijadikan alat politik untuk menjadi corong penguasa untuk menggelontorkan isu  paket politik tunda Pemilu, kira-kira begitu istilah Erros Djarot dalam tulisannya yang dimuat melalui www.law-justice.co (19/03/2021) sekaligus ada penggalan Judul yang cukup menarik dalam pendapat dan pemikirannya "The Beginning of The End"

Sebenarnya hal ini sudah beberapa minggu dan sebagian pengamat dianggap sudah di setting sejak lama, dam menjadi pembicaraan di masyarakat, mulai tingkat elit hingga masyarakat yang mengikuti perkembangan politik indonesia.

Saya bukan seorang pengamat politik, namun dari banyak berita yang berseliweran, diskusi on-air atau off-air saya memilih untuk mengikuti jalan pikiran seorang budayawan Erros Djarot, bagi saya lebih sederhana dan mudah dicerna dan blak-blakan.

Sama dengan mas Erros, saya pun memiliki pertanyaan yang sama entah ada apa yang dalam benak pembisik di lingkaran satu Pak Presiden, sehingga isu tersebut dihembuskan dan menjadi santer, serta tentunya menjadi pembicaraan di ruang publik.

Erros sanggup membuka alam bawa sadar saya, bahwa memang benar dalam kancah politik tingkat pat gulipat, pasti banyak yang membacanya berbeda, bahwa pernyataan Ketua Umum partai-partai ini diduga keras tidak murni datang dari kubu partainya. Lalu siapa yang sutradara dan menjadikan aktor-aktor utama di balik itu semua? Ini bebas ditebak dan sudah banyak analisis para pengamat politik bahkan masyarakat awam yang terang-terangan atau malu-malu untuk menyebutkannya.

Biasanya sang sutradara, perlu duduk bersama dengan para aktor untuk mengarahkan dan bersepakat dan mengatur alur cerita agar tontonan nantinya menjadi menarik atau bahkan kontrovesial bagi pendengar atau penontonnya nanti, 'testing the water' lah.

Nah justeru mereka-mereka ini yang perlu dianalisa keinginanannya untuk tetap berada, dan mempertahankan pengaruhnya di lingkaran pemerintah berikutnya, atau paling tidak untuk posisi tertentu dalam pemerintahan yang strategis

Namun saya ingat kata Erros, "Maklum, dalam ruang kekuasaan, masalah tekan menekan lewat mereka yang 'bermasalah', merupakan salah satu menu politik praktis yang sangat populer". Saya sepakat dengan hal ini. Bahwa mulai sutradara dan aktor yang bermain memiliki agenda tersendiri.

Tentang istilah ''The Beginning of The End'. Erros Begitu pun mengingaktkan rekam ulang peristiwa kejatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenan. Dan menurutnya, gambaran peristiwa ini pun sempat memunculkan pertanyaan; legacy apa lagi yang ingin dibangun oleh Pak Jokowi lewat manuver politik yang rawan dan penuh 'jebakan batman' yang bisa membuka kemungkinan terjadinya drama politik yang berjudul 'The Beginning of The End'.

Pertanyaannya, manuver para elit lingkar 1 Presiden ini, sadar apa sengaja menempatkan sang presiden "Tersandera"? begitu Beraninya? Padahal sudah berulang kali, apapun alasannya. 

Sesuai konstitusi, Presiden tegak lurus akan mengakhiri masa jabatannya yang kedua sesuai ketentuan perundangan-undangan diujung pengumuman KPU, penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Baru. Sekalipun ada kecendrungan tinggal menunggu waktu jika masalah Pemilu dibawa ke MK. Namun yang pasti, Isu Presiden III periode sudah ditepisnya dengan kalimat yang cukup tegas.

Pada akhirnya, banyak orangpun termasuk para pengamat politik dan tokoh lainya, pasti akan berpikir adanya konspiratif yang menimbulkan spekulasi tentang skenario di balik politik tunda Pemilu yang datang dari 'pintu belakang' istana.

Erros pun menambahkan, tidak sedikit yang kemudian menyimpulkan "yah beginilah kalo Jokowi dikelilingi dan di bawah 'cengkraman' panglima politik yang kental aroma Orde Barunya".

Dan dalam prespektif dan pendapat pribadinya, hembusan "bau angin politik busuk" istilah Erros yang meresahkan masyarakat ini pun diduga keras datang dari kubu pro Ordebaruis-oligark yang berkuasa dan menguasai istana.

Dan satu nama yang disebutkan Erros, Nama Luhut Binsar Panjaitan (LBP) sang super minister yang kekuasaannya dibaca banyak pengamat nyaris 'melebihi' Presiden, menjadi muncul sebagai figur sentral dari hembusan angin politik yang tak sedap ini.

Sampai di sini, bukan pernyataan saya ya, entar kena lagi di somasi dan di ajukan ke polisi. Tunggu dulu.. ceritaya belum berakhir.

Untunglah, menurut Erros. Manuver politik tunda Pemilu ini segera dibaca oleh para tokoh kelompok Nasionalis sebagai upaya 'njongkrongke' Pak Jokowi yang dalam kedudukannya kental bernaung di bawah bendera Banteng.

Maka tak heran PDIP pun sebagai institusi politiknya kaum banteng yang hafal watak dan prilaku politik Orde Baru yang biasanya menurut Erros dan banyak kalangan juga selalu mengandalkan kekuatan uang, birokrasi, dan politiking konstitusi. Maka partai pemenang pemilu ini, langsung bereaksi.

Sikap dan reaksi cepat PDIP ini dapat dibaca diberbagai media, ketika Ms Hasto sebagai Sekretaris Jenderal, PDIP pun langsung mengeluarkan sikap politik yang cukup keras dan sangat tegas menolak politik busuk penundaan Pemilu.

Dalam pengamatan Erros, kebiasaan Megawati menangani masalah politik yang super sensitif, seorang Hasto maupun orang terdekatnya akan patuh kepadanya tanpa syarat. 

Hasto sendiri tidak mungkin bergerak maju tanpa seizin dan dorongan Megawati sebagai Ketua Umum. Dan seorang Megawati menurut Erros, tidak mungkin membiarkan Hasto melakukan politik perlawanan terhadap kubu istana, sebelum beliau tahu pasti gagasan politik busuk ini, bukan atas perintah dan kemauan Presiden Jokowi sebagai salah satu kader terbaiknya.

Di sinilah mungkin sedikit ada gambaran bahwa presiden memang sengaja disandera dengan isu Tunda Pemilu oleh lingkaran 1 nya sendiri. Megawati rasanya cukup paham dan percaya sepenuh hati dengan sikap Jokowi, sehingga tidak diam untuk menetralkan keadaan apabila ada peran kader-kadernya dilingkaran 1 Presiden yang ikut bermain, ini sekaligus peringatan dan menujukan positioning sebagai Ketua Umum Partai Penguasa, jadi wajar Hasto langsung bereaksi.

Lewat serangan kubu PDIP ini, pertanyaan pun berlanjut menurut Erros, "apa iya LBP begitu berani melangkahi Presiden begitu saja?" Apa sudah sebegitu jauhkah kekuatan LBP yang bisa semaunya dan atas nama kepentingan 'politik pribadi' dan kelompoknya bersuara mengatasnamakan 'misi politik istana'?

Waduh, saya mau mengomentari ini agak gagap, karena bakal keterusan ngebahas gak karuan, Bukannya takut. Tapi ya, seperti itulah banyak pengamat bahkan orang awam pun dapat berpendapat demikian.

Nah, dengan kondisi ini, wajar ketika Erros mengakatakan bahwa para analis usil pun melanjutkan pertanyaan ini dengan berbagai hipotesa yang salah satunya meneropong seberapa besar kekuatan para Oligark berada dalam genggaman tangan LBP, sehingga begitu besar pengaruhnya untuk mengarahkan politik istana sesuai dengan desain dan tujuan politik LBP dan kelompoknya?

Saya kutip Pernyataan Erros, "Bila benar sepenuhnya manuver politik tunda Pemilu datang dari seorang LBP sebagai salah satu pembantu Presiden, persoalan pun menjadi lebih mudah diselesaikan. LBP diminta mundur dan Presiden menunjuk gantinya! Bila Presiden ragu dan tak ada keberanian untuk melakukan yang harus dilakukan demi menghindari gelembungan moral hazard politik di lingkaran kekuasaan istana; wajar bila kemudian masyarakat bertanya-tanya; ada apa dengan mereka? Karena masyarakat telah terbiasa berada dalam lingkar pertanyaan; ada apa dengan cinta?" hahaha. Uraian budayawan satu ini menyentil dengan gaya bahasanya.

Menurut Erros, LBP pernah bersaksi dan beliau mendengar langsung bahwa, ia (LBP) sebagai pribadi telah memiliki segalanya. Dalam sisa hidupnya ini, ia hanya ingin mempersembahkan segala daya, pikiran, dan pengalamannya selama berkiprah baik di wilayah militer maupun di wilayah sipil sebagai pejabat negara, untuk sepenuhnya hanya mengabdi kepada negara tanpa keinginan sedikit pun menumpuk kekayaan pribadi dan ha-hal yang merugikan bangsa dan negara

So bagaimana pendapat anda dari sekelumit paparan Mas Erros?

Kalau bagi saya, seperti diartikan atau didefnisikan oleh Henry George Liddell, Robert Scott, dalam buku "A Greek-English Lexicon" dalam Perseus Digital Library.  Oligarki sebagai bentuk struktur kekuasaan di mana kekuasaan berada dan dikenadilkan oleh sejumlah kecil orang (sekompok orang). Orang-orang ini mungkin atau mungkin tidak dibedakan oleh satu atau beberapa karakteristik, seperti bangsawan , ketenaran , kekayaan , pendidikan , atau kontrol perusahaan , politik , atau militer .

Sepanjang sejarah, oligarki sering bersifat tirani , mengandalkan kepatuhan atau penindasan publik untuk eksis. Aristoteles mempelopori penggunaan istilah tersebut sebagai aturan yang berarti oleh orang kaya, yang istilah lain yang umum digunakan saat ini adalah plutokrasi. 

Pada awal abad ke-20 Robert Michels mengembangkan teori bahwa demokrasi, seperti semua organisasi besar, cenderung berubah menjadi oligarki. Dalam " hukum besi oligarki " dia menyarankan bahwa pembagian kerja yang diperlukan dalam organisasi besar mengarah pada pembentukan kelas penguasa yang sebagian besar peduli dengan melindungi kekuasaan mereka sendiri.

Inilah kenyataan para penguasa di negara kita, mulai dari pusat hingga pemerintah terendah di daerah.

Oleh Scheidel, Walter (2017). Dalam buku The Great Leveler: Violence and the History of Inequality from the Stone Age to the Twenty-First Century. Terbitan Princeton University Press. Khususnya halaman 51 & 222 hingga 223, mencontohkan Negara Rusia, bahwa Sejak runtuhnya Uni Soviet dan privatisasi ekonomi pada bulan Desember 1991, perusahaan swasta multinasional yang berbasis di Rusia, termasuk produsen minyak bumi, gas alam, dan logam, dalam pandangan banyak analis, telah menyebabkan munculnya oligarki Rusia. Sebagian besar terhubung langsung dengan pejabat tinggi pemerintah, seperti Presiden .

Nah inilah wajah negara kita menurut saya. Silahkan anda melakukan survey di daerahnya masing-masing. Dinasti kekerabatan menguasai beberapa posisi penting dalam pemerintah daerah, dalam kurun waktu lama. Mulai dari kepala Daerah hingga wakil rakyat di daerah hingga yang terpilih mewakili daerah di pusat, baik sebagai anggota DPR maupun DPD.

Jadi kembali pada pertanyaan pada judul ini, apakah presiden tersandera oleh para kelompok oligarki ini, bisa saja terjadi. Mereka mengatasnamakan beliau dalam mengeluarkan statement seolah-olah itulah suara dari Istana! Padahal sejatinya, mereka sedang mencari cara untuk mempertahankan cengkramannya, pada pemerintah baru nanti. 

Hal ini tak terlepas dari dukungan finansial dari kelompok pengusaha yang juga berkeinginan agar perusahaan, proyeknya tetap langgeng. Cukup sudah masyarakat belajar dari sejarah Orde Baru dan masih menyisahkan para elitnya dan pengusaha besarnya hingga saat ini.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun