Misalnya nih, para kawanku Buruh atau pekerja Lepas yang tercinta. Ketika kenaikan upah minimum yang di tetapkan secara nasional atau upah minimum regional di tetapkan pemda, ada yang golput, ada gak yang terpancing turun ke jalan untuk bersuara lantang dan bahkan ada yang mengancam, mencaci dan berbuat anarkis? Sakit hati gak? Nah ini akibat dari kita gak mau terlibat untuk memilih pimpinan wan wakil rakyat kita yang amanah.
Ini pemikiran saya nih, gaduh, ngeselin, provokatif, sinis. Emang seni para politikus itu, dan mereka menikmatinya, selama rakyat gak terpecah dua dan bubar negara ini.Â
Jadi mereka bermain-main juga di panggung sandiwara. Sakit hati gak ngeliat merek tampil di TV, berkicau di media sosial, seolah-olah paling benar dan seenak udelnya dewe.Â
Coba jawab? Ya udah cuekin aja... lagian pagi dele sore bisa tempe. Pinter mereka berakting sebenarnya, lepas jadi wakil rakyat bisa menjadi pemain sinetron. Seperti si Poltak  Raja Minyak, dengan jenjang karir yang campur aduk.
Kemudian, saudara-saudara ku. Negara kita ini sangat luas dan kaya raya. Banyak sekali kepentingan asing di negara ini. Rasa-rasanya, kalau gak laut cina selatan bergolak gak ada gangguan berarti buat Indonesia. Adem-Adem aja tuh.Â
Tapi sesungguhnya kita sedang diamati bahkan telah di "beli" secara gak langsung maupun gak, asset penting negara atau tanah yang harusnya milik kita. Ayo sebutkan berapa bank yang sahamnya hampir mayoritas dimiliki negara lain dibandingkan negara kita? Berapa BUMN yang sudah berdiri sendiri, sahamnya dikuasasi mereka.Â
Belum lagi teknologi pertahanan mereka yang canggih, bekerja senyap dengan teknologi modern memantau negara kita dan masalah dalam negeri yang kadang mereka juga "bermain"
Jika kita gakk menyadari hal itu, memperkuat masuknya investor atau orang "asing" yang atas restu negara dapat menguasai lahan dan kekayaan alam daerah kita. Kita hanya sebagai penonton, dan bahkan bisa kebalik nanti merekalah majikanya, (maaf) kita bisa jadi babunya.
Hal ini harus dianggap serius, belum lagi ancaman gerakan-gerakan yang gak jelas dan berlwanan dengan konstitusi dan pancasila. Bukan saja paham radikal, penganut politik identitas, Â sempalan dari ajaran komunis atau kapitalis modern. Bisa menyusup di tengah-tengah para wakil kita dan pimpinan daerah kita.
Sedangkan untuk pimpinan Nasional, saya gak mau bahas di sini. Tapi cuku banyak tekanan dan berakibat harus mengambil keputusan yang tidak populer atau bisa saja populer dimata rakyat, namun ujung-ujungnya kelak jadi beban anak cucu kita.
So. Kawanku, Saudaraku. Saya pernah mengalami anti pati seperti kalian, pernah menjadi GOLPUT sejak orde baru hingga pasca revormasi. Sakit hati rasanya, rakyat diperlakukan tak adil.Â