Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ibu Kota Baru: Jalan Terus Pak Presiden! Sepanjang Konstitusional dan Mempertahankan NKRI

26 Januari 2022   10:34 Diperbarui: 28 Januari 2022   04:01 6547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo saat meninjau lokasi ibu kota baru di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019).

Lalu sementara indonesia? Mari saya membawa anda ke perjalanan sejarah yang ringkas, dan mudah-mudahan anda telah membaca beberapa buku sejarah, literatur, dalam dan luar negeri tentang terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Seperti yang ditulisa ole, Alwi Shahab melalui republik.co (6 Juni 2017), untuk kita lebih memahaminya dengan ringkas melihat perbedaan pendapat dari kedua proklamator ini. Sebenarnya, masih dapat digali lewat banyak literasi mengenai hal ini. Tetapi tulisan Alwi, saya rasa cukup untuk dipahami oleh pembaca. Dengan tajuk "Sukarno Ingin Negara Kesatuan, Hatta Rencanakan Federal"

Perdebatan mengenai masa depan pemerintahan RI, antara sistem otonomi dan sistem federasi, masih terus menjadi pembicaraan yang tak berujung hingga hari ini, dan saya rasa masih terus berlanjut, dan jika tidak dikelola dengan baik, maka disintegrasi itu dapat saja terjadi. Oleh karena itu, anda harus memahami ini adalah tujuan besar Presiden Jokowi memindahkan Ibu Kota Negara ke Kalimantan .

Perlu diingat perbedaan pendapat tersebut ternyata sudah terjadi pada awal-awal pembentukan negara. Tidak tanggung-tanggung, diskusi atau lebih tepatnya perbedaan pendapat tentang sistem pemerintah Indonesia terjadi antara Sukarno dan Mohammad Hatta.
Perbedaan itu disampaikan sendiri oleh dua proklamator yang membacakan teks kemerdekaan Indonesia pada 17 Aguistus 1945. Menurut Sihab, "Saya pernah bertanya kepada Bung Karno, apa bedanya ia dengan Bung Hatta," demikian Solichin Salam dalam bukunya Soekarno-Hatta yang diterbitkan Pusat Studi dan Penelitian Islam. "Saya unitaris, Hatta federalis," jawab Bung Karno singkat.

Lebih lanjut menurut sihab, Kedua proklamirkan kemerdekaan ini bahkan mengakui beda pendapat dan pendirian terjadi sejak 1930-an saat keduanya menggerakan perjuangan kemerdekaan. "Hatta berlainan sekali denganku dalam sifat dan pembawaan," kata Presiden Sukarno dalam bukunya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karangan Cindy Adams. Tapi, Bung Karno sendiri, termasuk pada masa jayanya PKI tetap memuji Bung Hatta selama perjuangannya itu.

Setelah itu, Solichin mewawancarai Bung Hatta. "Berbicara tentang bentuk negara Indonesia yang dicita-citakan sebelum Indonesia merdeka, saya tanyakan kepada Bung Hatta mengapa ia waktu itu cenderung pada bentuk negara federal dari negara kesatuan."
Jawab Bung Hatta: "Saya cenderung kepada bentuk Negara Federal karena melihat contoh negara-negara besar waktu itu, seperti Amerika Serikat atau Uni Soviet yang semuanya berbentuk federal." Tetapi sekalipun beda pendapat, sebagai seorang demokrat Bung Hatta tetap tunduk dan patuh kepada keputusan suara terbanyak, memilih Negara Kesatuan RI.

Sedangkan bung karno berpikiran lain, Ia pada masa demokrasi terpimpin sering mengkritik hasil Konperensi Medja Bundar (KMB) di Den Haag di mana delegasi Indonesia dipimpin diwakili Bung Hatta. Sebagai hasil KMB akhir Desember 1949, Indonesia dan Belanda menyetujui pembentukan negara Republik Indonesia Serikat (RIS), yang berbentuk negara federal. Menurut Bung Karno, akibat kompromi-kompromi mental inilah yang mengakibatkan memburuknya keadaan pada 1950-1962.

Ini sepenggal sejarah, yang tidak mau saya lanjutkan. Anda bisa mencari sendiri. Mengapa dalam perundingan KMB diajukan opsi RIS, jika tidak, belanda tidak akan menyerahkan kedaulatannya tanpa syarat kepada Indonesia (dalam hal ini RIS). Dan jika sejarah diputar balik, delegasi tetap ngotot untuk bentuk nergara kesatuan yang cakupan wilayahnya masih sebagain besar di kuasai kolonial dan raja-raja atau kerajan-kerajaan kecil yang otonom dan diakui Belanda, maka perjalan sejarah republik ini bisa menjadi lain. Tidak semulus yang kita bayangkan.

Silahkan nanti, anda baca sendiri sejarahnya. Namun perlu perhatikan pendapat Bung Hatta mengapa beliau memilih bentuk negara RIS, Hatta pada dasarnya memilih Indonesia sebagai negara federal saja, karena dengan alasan mempertimbangkan kondisi geografis, budaya, entis, dan bangsa yang berbeda, sehingga pilihan yang tepat menurut Hatta adala bentuk negera federal. Namun beliau tetap negarawan sejati, sekalipun berbeda pendapat dan pemikiran beliau legawa menerima keputusan bulat musyawarah yang berbeda dengannya. Dan perlu diingat, tetap setia menjadi kawan baik soekarno hingga hayatnya.

Di sini letak kerawanannya, jika tidak dikelola dengan baik negara ini.

Saya harus acung jempol pada pemerintah-pemerintah setelah soekarno, mampu mempertahankan NKRI, sekalipun banyak masalah kemanusian dan keterpurukan ekonomi yang tentu saja berdampak pada ketimpangan ekonomi yang terwujudul dalam kesejahteraan sosial yang adil dan merata bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Sebagaimana diamanatkan oleh konstusi kita, Undang-Undang Dasar 1945.

Sehingga kita tetap untuh, namun jika kesenjangan tidak diberesin dengan benar, maka ancaman itu masih terus ada. Maka dari itu, perlu diketahui Inilah Esensi daripada tujuan Bapak Presiden Jokowi memilih pulau Kalimantan sebagai letak ibu kota negara yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun