Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kapitan Jonker vs Sultan Hamid II, dalam Kelayakan Menyandang Gelar Pahlawan

29 September 2021   08:39 Diperbarui: 30 September 2021   03:32 3543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perlawanan Banten terhadapVOC (kemdikbud.go.id)

Dari sekian banyak ekspedisi,  yang tentu diwarnai dengan ekspansi dan perang membantu VOC  untuk menguasai (Nusantara?) dibantu oleh pasukan Ambon yang dikomandani oleh Jongker. Dalam bagian ini, saya juga akan menyelaraskan dengan catatan sejarah diluar yang ditulis Ibu Engelina, sebagai pembanding nantinya.

Setelah kemenangan VOC atas Sumatra Barat, kini VOC memfokuskan kekuatannya untuk menyarang Gowa. Belanda bersama Arung Palakka dan Kapten Jonker serta beberapa sekutunya kemudian mulai menyerang Kerajan Gowa pada tanggal 21 Desember 1666.

Selama beberapa bulan peperangan, serangan besar-besaran itu mengakibatkan kekalahan kerajaan Gowa. Raja Gowa, Sultan Hasanuddin kemudian terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667.

Sumber yang saya ambil secara mentah-mentah saja dari Wikipedia namun terkonfirmasi. Yaitu dimana tiga Jagoan yaitu seorang Belanda bernama Cornelis Janszoon Speelman, Arung Palakka, dan Kapiten Jonker, ketiganya memiliki sejarah penaklukan yang membuat nama mereka menjadi legenda. 

Speelman, misalnya menjadi legenda karena berhasil membuat Sultan Hasanuddin bertekuk lutut di Makassar dalam sebuah perlawanan paling dahsyat dalam sejarah peperangan yang pernah dialami VOC. Bersama Arung Palakka, Speelman menghancurkan Benteng Sombaopu setelah terjadinya Perjanjian Bongaya yang menjadi momok bagi VOC serta rintangan (barikade) untuk menguasai Indonesia timur, khususnya jalur rempah- rempah Maluku, pada tanggal 18 November 1667.

Pada 23 April 1681, Kapitan Jonker mendapat kehormatan penyematan rantai dan medali emas di Kastil Batavia. Acara yang khusus pemberian penghargaan itu dihadiri Gubernur Jenderal Rijckloff van Goens, Dewan Hindia dan semua petinggi di Batavia. Penghargaan VOC itu sebagai jasa Kapitan Jonker dalam berbagai ekspedisi VOC di berbagai tempat.

Jelas di sini dan menjadi catatan yang sangat penting, seorang Jongker sekalipun mencintai tanah kelahirannya dari upaya penjajahan VOC yang ditunjukan oleh perlawanan ayahandanya tercinta, namun dalam sejarah tercatat ikut terlibat dalam membantai penduduk nusantara ini atas kepentingan VOC,  atau  saya sebutkan saja warga dan penguasa Nusantara pada saat itu yang berupa kerajaan-kerajaan otonom, mandiri dan merdeka. Apalagi ikut terlibat menggulingkan Sultan Hasanudin yang juga seorang Pahlawan Nasional?

Di sinilahlah paradoksnya dimana situasi yang timbul dari sejumlah premis yang diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan menuju ke sebuah kontradiksi. Situasi dimana pernyataan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Bagaimana seorang calon Pahlawan dapat dikukuhkan berdampingan dengan Pahlawan lain yang pernah dia tumbangkan bersama VOC?

Sampai di sini, bukannya saya mendahului hasil akhir dari upaya menjadikan Kapitan Jonker menjadi pahlawan nasional, sekalipun cerita dan catatan sejarah yang beredar di kalangan penduduk dan tokoh masyarakat Batavia dan Banten memuat sejarah manis ketika sang Jagoan Ambon berbalik melawan VOC dimasa akhir hidupnya?

Sebab dalam tulisan Ibu Engelina, disebutkan Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa di Kesultanan Banten sejak 1651, ngak bersahabat dengan VOC, justru sering menjadi lawan VOC. Oleh karena itu VOC melalui Kolaborasi Pasukan Kapten Tack dan Kapitan Jonker menyerang Sultan bahkan ngak membutuhkan waktu lama untuk menyergap Sultan Tirtayasa, hanya embutuhkan waktu sekitar satu pekan untuk menduduki markas Sultan Tirtayasa, sehingga Sultan menghindar ke wilayah Pandeglang. Pada tahun 1692, Sultan Tirtayasa ditangkap dan meninggal di Batavia.

Kekalahan Sultan Tirtayasa menyebabkan, pendukungnya berbalik badan (mengalah pada VOC tentunya). Salah satunya ditandai dengan  kunjungan Kiai Demang Singa Wilodra alias Buleleng bersama dengan pendukungnya mendatangi Kapitan Jonker dan mereka menerima perlakuan yang baik. Sementara Jonker dan pasukannya kembali ke Batavia pada Februari 1683 dengan semangat kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun