Selanjutnya, Metode Motivasi menurut Malayu S.P Hasibuan, terdapat dua metode motivasi yaitu Motivasi Langsung (Direct Motivation) yakni memberikan materi dan non-materi secara langsung kepada individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya, jadi yang bersifat khusus seperti pujian, penghargaan, THR, bonus. Sedangkan Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation) : Memberikan fasilitas yang mendukung gairah kerja atau kelancaran tugas, membuat karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Dengan Indikator motivasi Upah yang layak, Kesempatan untuk maju, Pengakuan sebagai individu, Tempat kerja yang baik dan Pengakuan atas prestasi.
   Kemudian terdapat Alat-alat Motivasi Menurut M. S. P. Hasibuan (2005), alat-alat motivasi sebagai daya perangsang melibatkan Materil insentif dan Non- materi insentif. Materil insentif memberikan uang atau barang dengan nilai pasar, memenuhi kebutuhan ekonomis (contohnya: kendaraan, rumah). Non-materi insentif : Memberikan barang atau benda yang memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan atau kebanggaan rohani (contohnya: medali dan piagam).
2. Budaya Organisasi
    Budaya Organisasi atau Organizational culture dilihat sebagai sebuah sistem makna dan keyakinan bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang menentukan sebagian besar, cara bertindak mereka satu terhadap yang lain, juga terhadap orang lain di luar organisasi. Terdapat beberapa unsur penting yang dapat dihasilkan perihal organizational culture, antara lain: pertama adalah persepsi. Individu mempersepsikan organizational culture berdasarkan apa yang mereka lihat, dengar, dan alami di dalam organisasi. Kedua, menyangkut kebersamaan, yaitu meskipun individu memiliki latar belakang yang berbeda atau bekerja padatingkatan yang berlainan di dalam organisasi, namun mereka cenderung menggambarkan organizational culture tersebut dengan istilah yang sama. Ketiga, terkait dengan istilah deskriptif, culture dikaitkan dengan bagaimana anggota mempersepsikan organisasi tersebut, bukan menyangkut apakah mereka menyukainya. Culture menyangkut menggambarkan dan bukan menilai.
    Dalam Organizational Behavior (Robbins & Judge, 2009a), tersebutkan tujuh karakteristik mendasar eksistensi organizational culture, antara lain:
 1. Innovation and risk taking, merujuk pada derajat pegawai didorong untuk bersikap inovatif memiliki keberanian dalam mengambil resiko.
 2. Attention to detail, merujuk pada derajat pegawai diharapkan mampu menunjukanketepatan, analisis, dan perhatian pada detil.
 3. Outcome orientation, merujuk pada derajat manajer berfokus pada hasil atau keluaran, danbukan pada cara mencapai hasil itu.
4. People orientation, merujuk pada derajat keputusan manajemen 7 turut mempengaruhi orang-orang yang ada dalam organisasi
 5. Team orientation, merujuk pada derajat pekerjaan disusun berdasar tim dan bukan atas dasarperorangan
6. Aggressiveness, merujuk pada derajat karyawan agresif dan bersaing bukannya daripada bekerjasama