"Aku tidak akan mengganggu kalian," janji Adian.
"Lalu kamu mau ngapain di sini?" Kimaya menjadi heran dengan ucapan Adian.Â
"Aku cuma bisa seminggu, Kim. Kalau kamu butuh aku temani ke mana pun, aku siap," kata Adian sambil memainkan kunci kamar di jarinya. Kimaya langsung menyadari kalau Adian benar-benar tidak punya tujuan di Bali selain ke rumah ini, bertemu dengannya.
"Hey, cowok tadi langsung pergi, ya?" Adian baru teringat pada Tommy yang tadi cuma sekilas dikenalnya. "Teman kamu magang? Bukannya magang kamu sudah selesai? Makanya aku ke sini, kamu kan pasti nganggur?"
"Heh!" Kimaya sedikit kesal dianggap tidak punya kesibukan. Sekalian saja dia mengancam Adian, "Iya, magangku sudah selesai, sekarang mau siap-siap sidang."
"Wah, jangan lulus duluan, Kim," teriak Adian kelihatan kecewa berat. Mona yang baru muncul entah dari mana terbahak mendengar kekhawatiran Adian.
"Ssst, Mona, diam!" Kimaya sudah tahu gelagat Mona. Dia hanya ingin membuat kesan kepada Adian bahwa dia sibuk. Sangat sibuk.
Mona pun paham dan berlalu dari ruang tengah itu, masuk ke kamarnya dan menutup pintunya. Kemudian Mona keluar lagi sudah dengan baju pergi. Ajaib banget, pikir Adian, ganti bajunya kayak sulap. Tapi dia tidak tertarik mengantar Mona pergi. Mona sedikit kecewa ketika Adian tanpa respon, tapi dia paham, Adian hanya untuk Kimaya.
"Pergi dulu, gengs," melambai ke semua, Mona meluncur dengan sepeda motornya.
"Kamu cerita tentang cowok tadi dong, Kim," Adian teringat pertanyaan yang belum terjawab tadi. Kesan yang diterimanya cowok tadi keren, kaya, berwibawa dan punya perhatian pada Kimaya. Cewek itu saja yang seperti mengabaikan tamunya.
Hanya saja, tidak seperti Tommy, Adian tidak merasa terancam dengan keberadaan Tommy. Bahkan, kalau Kimaya suka dengan cowok itu dan bahagia, Adian ikhlas. Asal Yuda tidak akan pernah muncul di antara mereka. Yuda adalah halu buat Kimaya.