"Nanti aku antar kamu ketemu klienmu," tawar Osa. "Sekalian keliling Sumba. Lokasi syutingku hanya di situ-situ saja. Bosan."
"Kamu perlu mengenal kuda-kuda yang akan menjadi fokus narasimu, Os," kata Lea lagi. Heran, kenapa juga dia butuh membujuki Osa seperti anak kecil. Tapi memang Osa bersikap begitu kalau dengan Lea.
Iva datang dengan mobil untuk menjemput Osa.
"Va, aman, Osa bisa balik ke pondok sama kamu sekarang," kata Lea sambil membawa ranselnya pergi mengikuti bellboy yang menunjukkan kamarnya.
Osa seperti kehilangan kata-kata. Yang diucapkan Lea semua benar. Dia di sini untuk bekerja dengan kuda, bukan menemani Lea dengan kliennya. Tapi dengan berat dia mengakui dan mengikuti Iva kembali ke pondok yang jauhnya sekitar setengah jam dari hotel.
"Ini UNICEF, Os," Iva mengingatkan film dokumenter yang dibintangi Osa adalah salah satu program lembaga PBB itu. Bukan pekerjaan main-main yang ditawarkan Nael sebagai produser.
---
Syuting pertama di sore hari, mengambil setting matahari terbenam. Twilight sebagai awal dari narasi dokumenter itu. Osa muncul dengan siluet bersama kuda tapi lambat laun terlihat wajah dan warna baju serta bulu kuda di sampingnya. Kuda bukan senjakala Sumba. Itu temanya.
Nael melihat Lea hadir di take pertama. Cewek itu manis dan menarik perhatiannya. Entah apa, cewek itu seperti punya magnet yang menarik Nael untuk menatapnya. Dia harus tahu lebih lanjut tentang Lea.
Ketika break syuting, Osa langsung menuju tempat duduk Lea di dekat warung yang ada di peternakan kuda. Nael juga berjalan ke arah yang sama.
"Os, kenalin dong," Nael ingin memanfaatkan Osa untuk mengenal Lea lebih dekat.