"Kamu lamar saja Lea, Os," tak sadar kalimat itu meluncur di mulut Iva, menunjukkan keputusasaannya.
"Lamar?" Osa melotot dan dengan nada emosi. Duh, Osa marah, batin Iva.
"Kalau kamu nikahi Lea, dia akan selalu di dekat kamu," suara Iva memelan. Dia sebenarnya yang ingin dilamar Osa.
Osa tidak menjawab apapun. Dia keluar menuju lokasi studio tempat syuting hari ini. Iva menghela napas lega, dia tadi salah omong, untuk Osa dan untuk dirinya sendiri.
---
"Hey, Osa, habis syuting kita makan keluar, yuk?" sapa Diva meriah.Â
"Kamu kontak Iva saja," jawab Osa dingin. Seakan merasakan es tiba-tiba, Diva langsung terdiam.
Akting Osa sungguh bagus, puji Diva. Karena Osa menjadi hangat padanya sesuai perannya di sinetron sebagai seorang detektif yang melindungi saksi kunci, diperankan oleh Diva sendiri. Cewek itu memilih halu, menikmati akting Osa seakan cowok itu melakukannya di dunia nyata. Suara 'cut' dari sutradara mengembalikannya ke perasaan kecewa karena Osa langsung menjauh.
Diva semakin mengagumi kualitas Osa sebagai aktor profesional. Tidak hanya tampan, enak dilihat, tapi juga selalu tahu apa yang dilakukan. Selalu sekali take untuk syuting peran Osa. Dia terlihat fokus mendengarkan petunjuk sutradara. Diva sendiri minimal tiga take, padahal dia sudah lumayan sering syuting.Â
Selesai syuting sore itu, Diva menemukan Osa di balkon sambil menimang-nimang HPnya. Cewek itu sekali lagi ingin mencobai peruntungannya.
"Mau kopi, Osa?" sapa Diva sambil menyerahkan satu mug ke tangan Osa.