Berlima mereka berusaha memusatkan kontak telepati ke pikiran Ken, tapi tidak ada yang berhasil. Nika pun gagal. Mereka sedikit khawatir kalau-kalau telepati hilang artinya Ken tidak sadar atau meninggal.
"Kita singkirkan pikiran buruk saat ini, kita laksanakan dulu taktik baru," kata Nika.
Berlima mereka berpisah dan segera bergerak ke titik masing-masing.
Nika memimpin tim atas yang mendekati tumpukan daun dan dahan yang menutupi pondok tersebut. Suasana di sekitar situ sangat sepi. Bahkan Nika berpikir tidak akan ada apapun di pondok tersebut. Namun dia tetap harus memeriksa semuanya, itu protokolnya.
Niel dan Nash menyusur balik jejak sepatu tentara itu ke rerumputan, dan menemukan jejak darah yang lain.
"Sepertinya ada yang terluka cukup parah," ujar Nash. "Darahnya cukup banyak dan sering tetes. Tapi hanya satu orang karena hanya satu garis. Jejak di rumputan hanya darah dan dan semak yang terinjak."
"Dari pondok di atas," sahut Niel sambil mendongak ke arah pondok tersembunyi itu. "Ayo kita ke atas. Nika sudah siap menyergap."
Seperti yang sudah diduga Nika, pondok itu kosong. Jejak bahwa pondok itu baru ditinggalkan tetap ada, ada asap bekas api unggun dan puntung rokok.
"Ada sekitar lima orang tadi," kata Nash. "Ada empat puntung di lokasi berbeda. Cangkir juga ada empat."
"Kamu bilang tadi lima," protes Niel.
"Orang kelima adalah Agen X, yang disekap. Dia sempat berontak, barang-barang berantakan di lantai dan ada kaki kursi yang baru saja rusak patah," Nash memang pengamat jejak yang ulung. Selain penciumannya yang tajam, penglihatannya juga detil.