Nika memeriksa ransel-ransel mereka dan menghitung alat dan persenjataan yang dipunyai. Kacamata dengan infra red harus dipakai bila mereka mau bergerak dalam gelap. Â Tiba-tiba napas Nika tersekat.
"Ada apa, Nik?" tanya Nash yang ada di dekatnya.Â
"Kalian tidak melihat itu?" kata Nika sambil terpejam. "Tadi Niel berjalan di dekat tumpukan daun dan patahan dahan besar yang menutupi satu pondok kayu."
"Niel tidak melihatnya? Jadi malah kamu yang memantau penglihatan mereka?" tanya Kari. "Tenda sudah selesai, kita menyusul mereka saja atau bagaimana?"
"Kita harus menyiapkan rencana, Nika, aku paham kita tidak menguasai medan, tapi kita tetap harus ada taktik kalau ada petunjuk baru," saran Nash. Nika lalu meminta Niel dan Noam untuk kembali berkumpul.
Pondok tersembunyi itu ternyata ada di dekat tempat mereka mendirikan tenda tapi di daerah atas tebing. Niel tidak memperhatikan itu karena Noam menemukan petunjuk baru di pinggir danau kaldera, ada jejak sepatu tentara yang hampir terhapus air gelombang danau.Â
"Kita bagi dua tim lagi, ada yang bergerak memutar mendekati dari arah atas pondok. Tim lainnya dari arah danau, dimulai dari jejak sepatu tentara," kata Nika setelah semua berkumpul. "Kita beristirahat di tenda kalau perkembangan baru ada hasil. Satu dua jam kita tidur sudah cukup."
Ketika membagi menjadi dua tim, saat itulah mereka baru menyadari kalau Ken tidak ada di antara mereka.
"Kapan kalian terakhir bersama dia?" tanya Nika.Â
"Terakhir sebelum kita turun bergabung dengan Niel," kata Nash. Setelah itu perhatian mereka terpecah dengan petunjuk-petunjuk. Ken berarti sudah lama pergi.
"Iya, dia tidak ikutan turun bersama kita, Nash," kata Nika. Dia menyesal menyepelekan Ken yang tetua tapi masih saja bisa berbuat salah dan tidak menaati perintahnya.