Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Urban #2] Telepon

1 Juli 2021   19:13 Diperbarui: 15 Juli 2021   14:01 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Axl cek HPnya, foto: imgx.motorplus-online.com

Pukul lima sore, Axl sudah bersiap di belakang meja kasir. Dia sudah lupa ulang tahun Popi karena suasana toko kembali seperti biasa.

"Pak, tidak ngucapin selamat pada Popi? Dia sudah menunggu loh," bisik Dede ketika melewati depan mejanya. Oh, iya, Axl terkejut lalu berdiri mencari Popi di belakang toko.

Popi tetap sibuk seperti biasa. Dia berteriak menyuruh pegawai muda untuk kesana kemari mengangkat boks-boks penuh gula dan beras.

"Popi," panggil Axl pelan. Dia tidak ingin membuat sensasi, semua harus berlangsung seperti biasa, apa adanya. Namun para pegawai muda sudah keburu melihatnya berkacak pinggang di belakang pegawai senior itu. Mereka menunjuk-nunjuk.

Popi langsung sadar dan membatin kalau di belakangnya adalah bossnya yang serius, tanpa senyum tapi baik hati.

"Boss," sapa Popi terkejut karena tidak menduga Axl berdiri sedekat itu.

"Selamat ulang tahun, ya," kata Axl sambil menepuk bahunya. Lalu pria itu membalikkan badan merasa sudah cukup bicara. Popi masih terpana tidak bisa mengucapkan apa-apa.

"Pak Axl," sepatah kata bisa dia ucapkan dengan pelan.

"Ya?" Axl membalikkan badannya. Pikirannya sudah kembali dipenuhi pesanan seperangkat alat dapur dari pelanggan baru.

"Terima kasih, Pak. Maaf, waktu Bapak nanya tanggal hari ini ada apa, saya kira Bapak maksud ulang tahun saya, maka saya diam saja, tidak berani ge-er," akhirnya Popi bisa bicara banyak. Dia tadi terharu.

"Oh, ya, tidak apa," Axl sedikit kaget karena tidak siap mendapat ingatan pagi tadi. Lalu dia kembali ke mejanya dan mencoba mengingat apa yang terputus di pikirannya ketika Popi memanggilnya.

Sedetik sebelum dia duduk di kursi, HPnya berdering. Suara dering yang tidak biasa karena nomor penting sudah dia atur dengan deringan khusus.

Nomor panggilan yang tidak dia kenal, belum tersimpan. Mungkin pelanggan baru? Setelah deringan ketiga, Axl mengangkat telpon itu.

"Halo," selalu dia tahan untuk memperkenalkan diri kalau lewat HP, takutnya spam atau penipuan.

"Axl? Ini benar nomor Axl kan?" ada suara perempuan nun jauh di sana tapi dekat di telinganya.

"Iya, ini Axl, maaf ini siapa?" Axl memang tidak suka dan tidak bisa berpura-pura.

"Ini Kia, wah tidak kamu simpan nomorku, ya?" suara itu terdengar kesal. Axl tercenung karena dia ingat semuanya sekarang. Juli, ultah, penting, dan nama seseorang.

"Ada apa, Kia? Apa kabar?" Axl tidak mau mempersoalkan nomor yang tidak tersimpan.

"Hari ini Pim ulang tahun, kamu tidak lupa, kan?" cuit Kia. 

"Tidak, masak aku lupa?" Axl berbohong, dan selalu berbohong untuk nama itu, Pim. "Nanti malam aku kontak dia."

"Jadi kamu belum ngucapin dia ulang tahun?" Kia terdengar gusar.

"Aku sudah ada rencana khusus," kata Axl sembarangan. "Bye, Kia, thanks ya, nanti nomormu aku simpan, sorry, ini HP baru."

Setelah telpon itu, Axl cemas. Terus terang, dia tidak menyimpan nomor Pim, perempuan terpenting di hidupnya, di masa lalunya. Dia tidak mungkin bertanya pada Kia. 

"De," teriaknya pada Dede yang kebetulan lewat.

"Saya ke kamar mandi dulu, Pak," sahut Dede terburu-buru karena dia tahu, nada Axl agak genting, butuh waktu lama untuk bicara. 

"Bagaimana mencari kontak orang, ya?" tanya Axl langsung ketika Dede tergopoh-gopoh ada di depannya.

"Cari lewat media sosialnya saja, Pak. Seperti toko kita, di Instagram kan sudah lengkap ada nomor WA, telpon dan email. Tidak ada alasan untuk tidak bisa menghubungi kita, Pak," jelas Dede dengan bangga karena itu semua idenya.

"Kalau orang, berarti pakai namanya?" tanya Axl lagi. Dia tidak berani minta tolong Dede mencarikan nomor Pim.

"Iya, Pak, hanya saja bisa nama akun media sosialnya tidak pakai nama sebenarnya. Tapi bisa dicoba, Pak. Mau saya carikan?" tawar Dede dan bersiap dengan HPnya.

"Tidak perlu, aku coba cari sendiri," Axl lalu sibuk sendiri dengan HP dan laptopnya. Dede dia tinggalkan terpaku di depannya. Tapi Dede sudah biasa dengan kelakuan cuek bossnya.

Axl dengan cepat membuka Instagram dan menulis nama Pim, muncul akun dengan bio nama lengkap cewek itu. Dia buka profilenya, eh ternyata akun Instagramnya sudah follow-followan dengan akun Pim. Dia cek message, dan bum, ada nomor HP di salah satu chat mereka. 

Axl bingung, mau merasa lega atau kembali cemas.

[Bersambung]

Episode 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun