Pukul lima sore, Axl sudah bersiap di belakang meja kasir. Dia sudah lupa ulang tahun Popi karena suasana toko kembali seperti biasa.
"Pak, tidak ngucapin selamat pada Popi? Dia sudah menunggu loh," bisik Dede ketika melewati depan mejanya. Oh, iya, Axl terkejut lalu berdiri mencari Popi di belakang toko.
Popi tetap sibuk seperti biasa. Dia berteriak menyuruh pegawai muda untuk kesana kemari mengangkat boks-boks penuh gula dan beras.
"Popi," panggil Axl pelan. Dia tidak ingin membuat sensasi, semua harus berlangsung seperti biasa, apa adanya. Namun para pegawai muda sudah keburu melihatnya berkacak pinggang di belakang pegawai senior itu. Mereka menunjuk-nunjuk.
Popi langsung sadar dan membatin kalau di belakangnya adalah bossnya yang serius, tanpa senyum tapi baik hati.
"Boss," sapa Popi terkejut karena tidak menduga Axl berdiri sedekat itu.
"Selamat ulang tahun, ya," kata Axl sambil menepuk bahunya. Lalu pria itu membalikkan badan merasa sudah cukup bicara. Popi masih terpana tidak bisa mengucapkan apa-apa.
"Pak Axl," sepatah kata bisa dia ucapkan dengan pelan.
"Ya?" Axl membalikkan badannya. Pikirannya sudah kembali dipenuhi pesanan seperangkat alat dapur dari pelanggan baru.
"Terima kasih, Pak. Maaf, waktu Bapak nanya tanggal hari ini ada apa, saya kira Bapak maksud ulang tahun saya, maka saya diam saja, tidak berani ge-er," akhirnya Popi bisa bicara banyak. Dia tadi terharu.