Mohon tunggu...
Uwlan Nur Rahmi
Uwlan Nur Rahmi Mohon Tunggu... -

Sejuta Mimpi Untuk Satu Harapan. Keep Writing

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sepenggal Kisah di Puncak Awan

13 April 2014   19:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cuaca saat itu ku kira mendung, tapi kata Khatijah cuaca seperti itu adalah yang tercerah di takengon. “Hari ini cuaca bagus, mataharinya cerah,” katanya. Padahal kalau di Banda Aceh, matahari yang seolah enggan keluar seperti itu adalah mendung. Usai makan siang di acara nikahan, kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Lut Tawar. Sebelum itu, kami salat zuhur di Mesjid Raya Takengon.

Jepret. Usai salat di dalam mesjid

Teras mesjid

Sudah nonton film The Heirs yang dibintangi si ganteng Lee Min Ho? Oppa, Your So Handsome. Hehee Aku bertanya pada teman-teman, ada yang mengangguk dan ada yang hanya diam. Maksud ku bertanya adalah karena aku teringat salah satu adengan di episode 2 film itu. Saat Eun Sang menunjuk bukit yang tertulis HOLLYWOD. “Jika dilihat dari sini seperti dekat, tapi kalau kesana benar-benar jauh,” kata Kim Tan pada Eun Sang. Kyaaaa, ini bukan demam korea. Tapi yang ku lihat benar-benar seperti itu. Tulisan GAYOHIGHLAND membuatku terpana. Sorak sorai pun terdengar dari teman-teman yang mengerti cerita ku.

Foto saya ambil dari halaman Mesjid. Gayo High Landnya ga nampak jelas. Tapi ceritanya begitu melekat :)

Sang pemandu bersemangat menunjukkan jalan, dari kota Takengon kami bergerak menuju Danau Lut Tawar. Memasuki gapura selamat datang di Danau Lut Tawar, kita sudah bisa melihat hamparan luas Danau yang dikelilingi pengunungan. Indahnya tak membuat jenuh. Aku tak pernah menutup kaca mobil saat memasuki kawasan danau, kedua tangan menyanggah dagu yang kuletakkan di pinggir jendela mobil. Begitu sayang melewati tiap detik view jalanannya. Tidak jauh dari pintu masuk, kami berhenti di goa Putri Pukes, sesuai yang diarahkan oleh Khatijah. Dengan membayar Rp. 5000,-/orang kepada Abdullah baru diizinkan masuk kedalam goa. Menurut sejarah seperti yang diceritakan oleh Abdullah, penjaga goa, Putri Pukes adalah seorang putri cantik yang menjadi batu dalam goa itu. Ia menjadi batu karena tidak mengindahkan ucapan sang ibu, sebelumnya Ibu berpesan agar ia tidak menoleh ke belakang saat perjalanan menyeberangi danau menuju ke rumah suaminya. Tidak sampai hati, sang putrid pun menoleh karena begitu teringat kepada Ibu yang ditinggalkannya. Pada saat itu lah terjadi badai yang menenggelamkan seluruh pengawal Putri Pukes yang kemudian diterjang sampai ke daratan. Saat badai sudah reda, para pengawal yang selamat mencari sang putrid, tapi mereka tidak menemukan putri hidup malah menemukan jasadnya yang telah membatu. Itulah sepenggal kisah Putri Pukes yang abadi dalam goa itu. Aku tidak ikut masuk ke dalam goa bersama teman lainnya. Memilih duduk bersama Abdullah mendengar ceritanya tentang Putri Pukes.

Halaman luar Goa Putri Pukes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun