Mohon tunggu...
Uweis AlQorni
Uweis AlQorni Mohon Tunggu... -

Berhenti ketika langkah kaki berhenti melangkah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Radio

7 Desember 2011   15:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aduch...bagaimana ini ??? " Satu sisi aku sudah terlampau janji pada Ibunya Yoga, namun satu sisi yang lain aku diminta untuk bersikap profesional dan sosial menggantikan mbak Indah yang sedang kemalangan" gumamku dalam hati.

Tiba-tiba handphoneku berdering bertandakan sebuah telepon masuk. tampak di layar Handphone, Yoga pacarku, menghubungiku.

Dalam keadaan bingung dan terjepit, aku pun membiarkan handphoneku terus berdering. Setelah 6x panggilan tidak terjawab dari Yoga, tiba-tiba handphoneku kembali berdering bertandakan 1 sms masuk. Sms dari Yoga.

"Sayang, kamu dimana sekarang ??? Aku sudah nunggu kamu dari tadi didepan kantor kamu."

"Ayo Laras, kamu harus bisa dan berani mengambil sebuah keputusan yang sangat berat detik ini. Kamu pilih Yoga kekasih kamu, yang selalu Over Protektif terhadap kamu, atau kamu lebih memilih pekerjaan sebagai penyiar, pekerjaan yang sudah kamu impikan sejak kamu masih kecil. Ayo Lala, kamu harus bisa mengambil keputusan itu." ujar ku dalam hati.

Sambil menarik nafas panjang, aku pun mengirimkan sms pada Yoga pacarku.

"Sorry Yog, aku masih saja siaran nech,. Tadi aku diminta menggantikan mbak Indah, karena Ibunya meninggal."

Akhirnya aku bisa mengambil sebuah keputusan yang sangat berat untuk diambil. Kusandarkan kepalaku disofa ruang tamu didepan Studio Siaran.  Tiba-tiba tanpa kusadari, ternyata Yoga sudah berdiri tepat didepanku.

"Jadi kamu, lebi memilih pekerjaan yang tidak penting ini, ketimbang memenuhi undangan makan malam Ibuku ??? Memang berapa sech gaji kamu disini ??? Aku bisa kamu lebih 4x lipat dari besarnya gaji kamu sebagai seorang penyiar. Kan aku sudah bilang, kalau aku itu tidak pernah setuju kamu jadi penyiar. Asal kamu tahu, seluruh keluarga besarku sudah pada kumpul dan mereka dari tadi sudah menunggu kehadiran kamu." ujar Yoga dengan keras. Hingga suara nya terdengar kedalam studio siaran.

"HEI.... siapa bilang kerjaanku menjadi penyiar ini tidak PENTING ??? Gue tidak butuh duit loe !!!! Asal loe tau gue lebih memilih menjadi penyiar radio, ketimbang gue memilih loe.  Menjadi seorang penyiar itu sangat mulia, karena bisa menghibur hati orang yang sedang sakit hati dan terluka." jawabku panjang lebar.

"Jadi mau kamu apa sekarang ??? " tanya Yoga mendorong tubuhku hingga terjatuh diatas sofa ruang tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun