Tapi keputusanku sudah sangat bulat, aku tetap ingin putus dari Yoga. Lebih baik aku mengakhiri hubunganku dengannya dari pada hidupku dikekang, dan dilarang untuk menjadi penyiar. Kulepas tangan Yoga yang terus menarik-narik tanganku.
----- ***** -----
Tiba didalam kantor, aku kembali merebahkan kepalaku diatas sofa ruang tamu. Sambil menangis mengenang kejadian yang membuatku terpukul. Apakah aku bisa tetap profesional disaat siaran nanti, atau aku akan terbawa dalam emosiku dan kesedihanku ???
Bram datang menghampiriku sambil membawa segelas air dingin untukku.
"Minumlah air dingin ini, biar kamu tenang" ujarnya tersenyum.
Aku jadi malu dengan kebaikan Bram padaku. Padahal dulunya aku pernah menampar wajahnya, karena sifat kurang ajar. Bram seorang pria polos yang berasal dari desa, tapi ternayata tak aku sangka kalau Bram itu adalah seorang Sarjana S2. Namun dia tidak malu dengan pekerjaannya sebagai Ofiice Boy (OB) dikantor tempatku kerja.
"Maafkan saya, karena saya suasan menjadi lebih kacau balau" sahutnya.
"Gak papa kok, justru aku yang berterima kasih dan minta maaf atas kejadian dulu disaat aku menapar kamu" balasku.
Bram duduk disampingku. Dia terus mencoba menenangkanku.
"menangislah, kalau dengan menangis itu bisa membuatmu tenang." ujar Bram bijak.
"Lebih baik kamu ikut saya sekarang, akan saya bawa kamu kesuatu tempat yang akan membuatmu menjadi tenang." sambungnya sambil menarik tanganku.