Distribusi pangan semakin tidak merata di masyarakat. Semakin banyak kelaparan karena ketersediaan pangan terbatas hingga muncul masalah gizi dalam jangka panjang.Â
Emisi Gas KarbonÂ
Makanan yang terbuang (food waste) tidak hanya berakhir di tempat pembuangan, tetapi juga menyumbang emisi gas rumah kaca. Saat makanan membusuk di tempat pembuangan sampah, terdapat proses pelepasan metana (gas yang jauh lebih kuat daripada karbon dioksida dalam memicu perubahan iklim).
Apa artinya? Bumi yang kita tinggali semakin panas hingga perubahan cuaca yang tidak menentu.
Food waste menimbulkan gas-gas yang berbahaya seperti CO2, H2S, CH4, N2O, and PM2.5, yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Hasil penelitian mengindikasikan emisi yang berasal dari food waste dapat berefek pada sistem endokrin, pernafasan, saraf, dan penciuman manusia. Tingkat keparahannya akan tergantung pada konsentrasi gas, namun dapat bervariasi dari iritasi paru-paru ringan hingga kanker bahkan kematian.Â
Mengurangi Food Waste di Pernikahan
Usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir food waste di pernikahan dapat dilakukan bersama dari berbagai pihak:
Pengantin
Perencanaan makanan yang akan disajikan bersama pihak katering atau pengelola makanan acara pernikahan dengan jumlah tamu yang akan hadir untuk mengurangi kelebihan makanan.
Namun, bagaimana bila masih terdapat kelebihan makanan di akhir acara pernikahan? Penyaluran makanan dari acara pernikahan ke bank makanan menjadi salah satu solusi.Â
Kolaborasi dengan NGO atau organisasi non-pemerintah di Indonesia memfasilitasi penyaluran kelebihan makanan ke orang-orang yang membutuhkan, sebutlah Garda Pangan di Surabaya telah dikenal untuk membagikan kelebihan makanan dari acara-acara ke masyarakat Surabaya yang membutuhkan.