Well, who could resist sop manten and sate ayam? But please, be mindful of your portion of food.
Cultural norms
Salah satu budaya yang lekat di suku Jawa, Indonesia yaitu tradisi slametan sarat dengan makan lalu doa bersama untuk merayakan acara penting, salah satunya pernikahan. Slametan lekat dengan sajian berbagai jenis makanan, hal tersebut diyakini bermakna untuk mewujudkan hubungan keluarga dan sosial yang kuat serta hubungan baik dengan Tuhan. Â
Hal ini turut dapat mendasari pasangan pengantin untuk menyediakan makanan dalam jumlah yang besar hingga akhirnya memperbesar potensi terjadinya food waste.
Dari sisi tamu, ditemukan keunikan yaitu perilaku sengaja tidak menghabiskan makanan karena khawatir akan stigma masyarakat 'kelaparan'. Masih terdapat pemikiran tentang makanan yang dihabiskan, menunjukkan status ekonomi yang kurang. Penelitian pada tamu pernikahan di Jakarta, Indonesia menunjukkan salah satu partisipan menghindari stigma kelaparan karena menghabiskan makanan di pesta pernikahan. Sungguh mubazir.Â
Perencanaan menu makanan yang keliru
Menaksir jumlah tamu yang hadir di acara pernikahan terlalu tinggi (overestimate) tentunya menyebabkan jumlah makanan yang disajikan dengan jumlah tamu yang hadir tidak sesuai dan berpotensi food waste. Literatur juga menyatakan tampilan makanan yang tidak menarik, mispersepsi tentang rasa makanan yang dipilih juga menjadi penyebab food waste.Â
Mengapa food waste penting untuk diperhatikan?
Food Waste dapat menghambat ketahanan pangan (Food security)
Pernahkah Anda memerhatikan, ada lapisan masyarakat yang sangat kekurangan makanan, namun di lapisan masyarakat lain makanan melimpah ruah, hal ini yang dimaksudkan keamanan pangan (food security) tidak merata di seluruh masyarakat.
Food waste mempengaruhi keamanan pangan, disebabkan semakin banyak makanan yang terbuang, sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan bahan pangan tersebut seperti lahan, air, dan energi yang menjadi sia-sia.Â