Sampai tibalah Syauqiya memulai Langkah awal dalam menapaki tangga kesuksesan ini, ia mulai dengan niat yang baik dan keinginan yang kuat. Syauqiya terkagum dengan Pendidikan yang ada di Darussalam, mendidik para murid dengan kedisiplinan yang kuat, karena ada pepatah dari Kyai sekolah kami mengatakan," tidak ada kedisiplinan tanpa keteladanan" jadi cara sekolah ini mengajarkan Pendidikan ke muridnya nya dengan cara keteladanan dari para kyai. Masjid sebagai pusat yang menjiwai, kyai sebagai publik figur.
Kemudian hari pun terus berganti, dimana datanglah waktu ujian semester pertama, aku mendapatkan teman belajar yang sangat setia kepadaku, kami berdua selalu belajar Bersama. Disekolah ini kami benar-benar diajarkan cara belajar yang baik dan benar. karena ujian disekolah ini tidak memakai sistem pilihan ganda melainkan, seluruh soal yang diberikan berbentuk esai. Dimana ketika para murid tidak belajar dengan sungguh-sungguh maka murid tidak akan bisa menjawab soal ujian.Â
Disekolah ini aku benar- benar belajar sampai larut malam bersama teman belajarku, kami berdua selalu belajar sampai jam dua malam, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan sholat Tahajjud. Kami meyakini sekeras apapun berusaha namun tidak di barengi dengan do'a itu sama saja dengan sombong, do'a tanpa usaha sama dengan bohong. Allah akan selalu mempermudah bagi hamba nya yang berserah diri, dan meminta kepadanya.
Sampai akhirnya datanglah waktu liburan disekolah kami. Liburan diawal tahun ini kami memiliki kesempatan liburan selama 10 hari. Diliburan pertama aku merantau aku tidak diperkenankan untuk pulang oleh orang tua ku. Kemudian aku pun dianjurkan untuk kerumah bibi yang ada di Cirebon. Kali pertamanya aku melihat keindahan alam di pulau Jawa ini. Aku diajak jalan-jalan ke Air Terjun yang masih sangat asri, dan perkebunan bawang merah yang membentang luas. Sampai akhirnya berakhirlah liburan awal tahun ini.
Setelah selesai liburan Syauqiya pun pulang untuk menuntut ilmu Kembali di sekolah Darussalam. Ketika awal datang ternyata ada pendaftaran lomba pidato tiga Bahasa yakni, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia. Aku pun begitu tertarik untuk mengikuti lomba pidato ini.Â
Lomba ini adalah event yang amat besar yang diadakan satu tahun sekali di sekolahku. Akupun mendaftarkan diri ke panitia pendaftaran dan aku menetapkan untuk memilih lomba pidato Bahasa Arab. Walaupun sulit entah mengapa aku sangat yakin aku bisa menjadi juara. Namun aku memiliki kendala lain yakni demam panggung. Aku adalah seorang yang pendiam dan tidak percaya diri. Aku tidak pernah berbicara banyak didepan orang, kendala ini lah yang membuatku sangat tidak percaya diri.
Setelah beberapa haripun berlalu peserta diminta untuk membuat pidato. Kemudian aku pun membuat teks pidatoku, aku merasa kesulitan dalam membuat teks pidatoku karena memakai Bahasa Arab dikarenakan aku belum terlalu bisa berbahsa Arab. Alhamduliah ada walikelas yang membantu dalam menerjemakhan teks itu.Â
Dikelas aku memiliki teman yang sangar iri padauk, dimana pada saat itu aku tidak percaya diri bahwa aku bisa berbicara didepan orang. Kemudian teman sekelasku berkata kepadaku" hey Syauqiya mana mungkin kau bisa mengikuti lomba pidato itu, sedangkan kau saja berbicara didepan orang kurang percaya diri bagaimana mau berpidato didepan para juri" kata yang keluar dari mulut salah satu teman dikelas ku. Kejadian itu disaksikan oleh teman sekelasku. Kemudian banyak teman sekelas ku yang menyemangatiku untuk tetap bangkit walaupun kata tak senonoh itu terlontar.
Kemudian setelah kejadian itu diri ini merasakan gejolak emosi yang sangat mendalam karena cercaan teman yang sangat percaya diri bahwasan nya ia pasti akan menang ini, sampai berani menghina yang lain. Namun aku pun tidak serta merta terpuruk, melainkan sebaliknya aku bangkit dari hinaan itu.Â
Aku pun berlatih keras untuk membuktikan bahwasanya aku tidak seperti yang ia fikirkan aku pasti bisa, tekad yang kuat dan kemauan yang keras membuatku sangat berusaha keras untuk itu, sampai akhirnya akupun berlatih sebelum dimulainya babak pertama perlombaan. Sampai saat itu datang babak pertama penyisihan pun datang kemudian aku pun mengikuti sekleksi babak pertama itu. Dibabak pertama aku di nilai oleh juri dari kakak kelas ku dan disaksikan oleh kawan-kawan kelompok ku.
Buku yang ku pegang erat kini menjadi satu fokus ku saat ini. Karena aku merasakan gejolak demam panggun karena tidak percaya diri. Sampai akhirnya tibalah giliranku yang tampil, kumulai dengan bismillah walau keringat dan hati tidak bisa untuk berhrndi berdetak kencang tidak stabil.