Mohon tunggu...
Utari Nur Pratiwi
Utari Nur Pratiwi Mohon Tunggu... Guru - Mahasisiwi

Bersekolah di universitas Darussalam Gontor, Suka kaligrafi, suka olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Secercah Harapan di kampung Nan Damai Darussalam

5 September 2024   23:19 Diperbarui: 5 September 2024   23:20 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fotografer:utarinurpratiwi

SECERCAH HARAPAN DI KAMPUNG NAN DAMAI DARUSSALAM

Disebuah desa bernama Pangkalan Makmur, tepatnya di provinsi Riau. Lahir seorang anak perempuan yang bernama Syauqiya faz. Dia anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Jannah dan Sobir. Keluarga kecil ini pun begitu Bahagia. Sampai tiba saatnya anak bungsu itu pun beranjak dewasa dan sangat aktif mengikuti kegiatan dan perlombaaan. Banyak prestasi-prestasi yang telah ia raih, menjadikannya anak yang memiliki komitmen dan kesungguhan yang kuat.

 Namun tak lama setelah anak itu menginjak umur 13 tahun, terjadilah kejadian yang membuatnya trauma. Yaitu terjadinya perselisihan antara ayah dan ibu yang menyebabkan perceraian antara keduanya. Sehingga membuat trauma yang amat mendalam. Ditengah trauma yang mendalam Syauqiya tak tau arah harus kemana ia harus melangkah. 

Kemudian, dengan rasa persaudara yang erat antara ke empat saudara ini, Syauqiya kembali bangkit dari traumanya dan memilih melanjutkan pendidikan disekolah agama yang bernama Ittihadul Muslimin. Syauqiya melanjutkan sekolanya Bersama kakak laki-lakinya disana.

Kemudian setelah masuk kesekolah agama syauqiya mulai dapat melanjutkan hidup menjadi yang lebih baik. Berusaha meraih prestasi dari segi olahraga, seni dan kaligrafi. Syauqiya juga termasuk anak yang cerdas didalam bidang akademik, bisa dilihat bahwasanya syauqiya selalu mendapatkan peringkat 1 didalam kelasnya. Selalu diberi amanat untuk menjadi panitia dalam acara, menjadi KOPASUS atau tim khusus dalam pramuka, dan selalu menjadi kontingen dimanapun sekolah itu mengikuti acara pramuka. Seakan Syauqiya telah menyadari bahwa hidup bukan tentang orang tua saja, ia pun harus melanjutkan masa depannya dalam mengukir tinta emas yang akan ia ukir.

Tak lama waktu pun berjalan begitu cepat, tiga tahun sudah Syauqiya bersekolah di tingkat Madrasah Tsanawiyah. Semua mengalir begitu cepat sampai akhirnya Syauqiya harus melanjutkan pendidikannya kejenjang Sekolah tingkat Madrasah Aliyah dan Syauqiya pun sudah menetapkan pilihanya untuk merantau dalam menuntut ilmu ke pulau sebrang yakni Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Syauqiya pun memilih untuk masuk sekolah agama yang bernama Darussalam.

Dalam langkah perjalanan awal ini Syauqiya begitu berat untuk meninggalkan keluarganya yang ada dipulau seberang sana. Karena ini baru pertamakalinya Syauqiya jauh dari keluarga.  Masuk kesekolah Agama Darussalam juga tidak mudah, Syauqiya harus melewati beberpa tahap test, dan syukur alhamdulilah disekolah sebelumnya Syauqiya sudah belajar tentang agama, sehingga tidak begitu sulit baginya dalam mengikuti test itu.

Setelah beberapa hari mengikuti test masuk sekolah itu, tibalah waktunya Syauqiya mengikuti pengumuman kelulusan test masuk, Alhamdulilah Syauqiya diterima dan masuk ke Sekolah Darussalam Kampus Putri 2. Setelah itu Syauqiya pun bergegas menyiapkan barang-barangnya untuk dibawa ke kampus putri 2. Setelah sampai di sekolahnya, Syauqiya pun mendapatkan arahan dari guru disana, dan ditunjukkan untuk asrama yang ia akan tempati.

Didalam asrama itu terdapat 5 kamar, dan setiap kamarnya berisikan 25 orang. Syauqiya disatukan dalam satu angkatan yang berjumlah 178 orang, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari sabang sampai merauke. Dalam ranah Pendidikan ini kami disatukan dari berbagai suku dan bahasa. Bersyukur adalah kalimat yang paling pertama Syauqiya ucapkan. Sudah diterima di sekolah yang orang banyak impikan. 

Syauqiya terpilih salah satunya, dan dari 1500 orang yang mendaftar ada 500 orang yang tidak diterima. Sungguh pengalaman besar dan juga kesempatan emas yang didapatkan oleh Syauqiya. Ia menyadari bahwasannya pengalaman adalah guru terbaik sepanjang masa.

Sampai tibalah Syauqiya memulai Langkah awal dalam menapaki tangga kesuksesan ini, ia mulai dengan niat yang baik dan keinginan yang kuat. Syauqiya terkagum dengan Pendidikan yang ada di Darussalam, mendidik para murid dengan kedisiplinan yang kuat, karena ada pepatah dari Kyai sekolah kami mengatakan," tidak ada kedisiplinan tanpa keteladanan" jadi cara sekolah ini mengajarkan Pendidikan ke muridnya nya dengan cara keteladanan dari para kyai. Masjid sebagai pusat yang menjiwai, kyai sebagai publik figur.

Kemudian hari pun terus berganti, dimana datanglah waktu ujian semester pertama, aku mendapatkan teman belajar yang sangat setia kepadaku, kami berdua selalu belajar Bersama. Disekolah ini kami benar-benar diajarkan cara belajar yang baik dan benar. karena ujian disekolah ini tidak memakai sistem pilihan ganda melainkan, seluruh soal yang diberikan berbentuk esai. Dimana ketika para murid tidak belajar dengan sungguh-sungguh maka murid tidak akan bisa menjawab soal ujian. 

Disekolah ini aku benar- benar belajar sampai larut malam bersama teman belajarku, kami berdua selalu belajar sampai jam dua malam, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan sholat Tahajjud. Kami meyakini sekeras apapun berusaha namun tidak di barengi dengan do'a itu sama saja dengan sombong, do'a tanpa usaha sama dengan bohong. Allah akan selalu mempermudah bagi hamba nya yang berserah diri, dan meminta kepadanya.

Sampai akhirnya datanglah waktu liburan disekolah kami. Liburan diawal tahun ini kami memiliki kesempatan liburan selama 10 hari. Diliburan pertama aku merantau aku tidak diperkenankan untuk pulang oleh orang tua ku. Kemudian aku pun dianjurkan untuk kerumah bibi yang ada di Cirebon. Kali pertamanya aku melihat keindahan alam di pulau Jawa ini. Aku diajak jalan-jalan ke Air Terjun yang masih sangat asri, dan perkebunan bawang merah yang membentang luas. Sampai akhirnya berakhirlah liburan awal tahun ini.

Setelah selesai liburan Syauqiya pun pulang untuk menuntut ilmu Kembali di sekolah Darussalam. Ketika awal datang ternyata ada pendaftaran lomba pidato tiga Bahasa yakni, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia. Aku pun begitu tertarik untuk mengikuti lomba pidato ini. 

Lomba ini adalah event yang amat besar yang diadakan satu tahun sekali di sekolahku. Akupun mendaftarkan diri ke panitia pendaftaran dan aku menetapkan untuk memilih lomba pidato Bahasa Arab. Walaupun sulit entah mengapa aku sangat yakin aku bisa menjadi juara. Namun aku memiliki kendala lain yakni demam panggung. Aku adalah seorang yang pendiam dan tidak percaya diri. Aku tidak pernah berbicara banyak didepan orang, kendala ini lah yang membuatku sangat tidak percaya diri.

Setelah beberapa haripun berlalu peserta diminta untuk membuat pidato. Kemudian aku pun membuat teks pidatoku, aku merasa kesulitan dalam membuat teks pidatoku karena memakai Bahasa Arab dikarenakan aku belum terlalu bisa berbahsa Arab. Alhamduliah ada walikelas yang membantu dalam menerjemakhan teks itu. 

Dikelas aku memiliki teman yang sangar iri padauk, dimana pada saat itu aku tidak percaya diri bahwa aku bisa berbicara didepan orang. Kemudian teman sekelasku berkata kepadaku" hey Syauqiya mana mungkin kau bisa mengikuti lomba pidato itu, sedangkan kau saja berbicara didepan orang kurang percaya diri bagaimana mau berpidato didepan para juri" kata yang keluar dari mulut salah satu teman dikelas ku. Kejadian itu disaksikan oleh teman sekelasku. Kemudian banyak teman sekelas ku yang menyemangatiku untuk tetap bangkit walaupun kata tak senonoh itu terlontar.

Kemudian setelah kejadian itu diri ini merasakan gejolak emosi yang sangat mendalam karena cercaan teman yang sangat percaya diri bahwasan nya ia pasti akan menang ini, sampai berani menghina yang lain. Namun aku pun tidak serta merta terpuruk, melainkan sebaliknya aku bangkit dari hinaan itu. 

Aku pun berlatih keras untuk membuktikan bahwasanya aku tidak seperti yang ia fikirkan aku pasti bisa, tekad yang kuat dan kemauan yang keras membuatku sangat berusaha keras untuk itu, sampai akhirnya akupun berlatih sebelum dimulainya babak pertama perlombaan. Sampai saat itu datang babak pertama penyisihan pun datang kemudian aku pun mengikuti sekleksi babak pertama itu. Dibabak pertama aku di nilai oleh juri dari kakak kelas ku dan disaksikan oleh kawan-kawan kelompok ku.

Buku yang ku pegang erat kini menjadi satu fokus ku saat ini. Karena aku merasakan gejolak demam panggun karena tidak percaya diri. Sampai akhirnya tibalah giliranku yang tampil, kumulai dengan bismillah walau keringat dan hati tidak bisa untuk berhrndi berdetak kencang tidak stabil.

Pada akhirnya aku pun telah selesai mengikuti babak pertama. Tinggal menunggu pengumuman yang lolos ke babak kedua. Dua hari setelah itu aku dan teman ku berbondong-bondong untuk melihat pengumuman itu, syukur alhamdulilah aku masuk ke babak kedua, dan teman sekelasku yang menhinaku diawal tadi ia pun masuk kebak selnjutnya. Kami berdua sama-sama masuk ke babak selanjutnya.

Teman sekelasku ini merasa kalua dia tidak akan tersaingi dan masih menyombongkan diri, sampai pada babak kedua aku pun mulai tampil lagi dan seperti biasa demam panggungku pun tak terbendungkan, namun aku bisa menutupi semua itu. Alhamdulilah aku telah melewati babak ke dua dan tinggal menunggu pengumuman selanjutnya. 

Selang satu hari setelah itu, ternyata tak disangka setelah kami melakukan sholat Dzuhur berjamaah, ada pengumuman yang tertempel di Gedung pengurus panitia itu, lalu salah saltu temanku berlari dan mengucapkan selamat syaqiya kamu masuk ke babak selanjutnya, sedangkan dia yang menhinamu kala itu tidak lolos dibabak selanjutnya. Kaliamat syukur yang amat besar yang bisa terucap dari mulut dan hatiku ini.

Pada akhirnya akupun mengikuti babak ke tiga di mana tim penilaian hanya satu juri saja dengan interview. Kemudian setelah di mulainya waktu penilaian aku pun makin percaya diri untuk berbicara didepan orang, dan tidak seperti biasanya aku begitu percaya diri, sebagaimana aku telah melewati semua perjalanan lomba ini. Dengan caciaan, hinaan sehingga tercipta lah rasa ingin mengingatkan bahwa aku bisa, dan aku tidak seperti yang kau fikirkan.

Sampai saatnya setelah penampilan itu aku pun di interview oleh guru yang menjadi juri saat itu. Guru ku berkat," mengapa kamu ingin mengikuti perlombaan ini? Tanya guruku akupun menjawa," karena saya ingin bisa berbicara didepan orang banyak wahai guruku, dan aku ingin membuktikan kepada teman yang menghinaku ketika itu karena dia bilang aku tidak akan mungkin bisa menang karena aku tidak percaya diri, apa lagi untuk berbicara didepan orang banyak. Kemudian guruku yang menjadi juri kala itu mengatakan " semangat, jangan menyerah, Allah selalu bersama hambanya.

Kemudian setelah semua babak selesai tinggal menunggu hasil dari seleksi itu dan ini adalah seleksi terakhir, yang setelah ini sudah pasti yang masuk babak selanjutnya akan menjadi juara 1, 2, dan 3. Kemudian setelah sholat Dzuhur ada pengumuman bahwasannya nama-nama yang di panggil untuk berkumpul, betapa terkejutnya aku ternyat aku masuk ke babak final. Merebutkan juara 1,2, dan 3. Setelah 3 hari final pun diadakan. 

Betapa kagetnya aku tiba-tiba suaraku habis dan sangat serak rasanya. Sempat ingin menangis namun walikelas ku selalu mendukungku untuk tetpa bersemangat. Pada akhirnya aku telah tampil untuk babak final ini, begitu tidak percaya dirinya aku karena aku merasa tidak ada harapan untuk dapat juara satu. Pada akhirnya aku pun pergi dari kerumunan orang itu, karena aku malu dengan penampilanku yang suaranya begitu kurang enak didengar dikarenakan suaraku habis karena terus berlatih.

Namun pada saat pengumuman rasa hati dan telinag ini tidak ingin untuk mendengarkan pengumuman namun bak sebuah keajaiban ketika pemanggilan juara 3 ternyata bukan namaku, dan ketika pemangigilan ke dua juga bukan namaku, ternyata pemanggilan pertama nama ku disebut tak terasa air mata benar-benar menetes saat itu juga, tangisan haru dan Bahagia. Kuucapkan beribu terimakasih kepada walikelas ku yang selalu menjadi motivasiku dalam perjalanan lomba ini. 

Dan tak lupa teman yang menghinaku, terimakasih telah membuat ku jatuh, namun aku akan tetpa bangkit sampai aku membuktikan kepadamu bahwa aku bukan seperti yang kau kira. Kemudian di depan kamar aku berpapasan dengan kawan yang menghinaku, dan aku tersenyum tipis kepadanya, bukti bahwa aku bangkit dan tak bisa diremhkan. Sekian cerita singkat ini, semoga menjadi motivasi untuk kita yang selalu tidak percaya diri, UBAH DAN BANGKITLAH!!

SELESAI...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun