Kedua ruangan itu dibuat menggunakan batubata. Sementara atapnya ditopang balok-balok kayu besar. Papan juga dipakai untuk melindungi ruang tunggu penumpang.Â
Kayu-kayu ini tertutup cat tebal. Entah sudah berapa kali cat dipulaskan untuk melindungi kayu dari terpaan cuaca. Perawatan rutin membuatnya bertahan hingga kini.Â
Saya duduk untuk mengamati, asyik benar melihat jendela besar dan tembok stasiun. Jika jendela dibuka lebar tentu angin leluasa memberikan kesejukan.Â
Tiba-tiba seorang staf stasiun menghampiri. Menanyakan apakah saya tertinggal kereta api. Saya jawab tidak hanya ingin duduk sebentat mengangumi keindahan bangunan stasiun. Akhirnya kami jadi berbincang tentang sejarah stasiun Karangantu.Â
Stasiun untuk Kereta Merak
Keberadaan Stasiun Karangantu dikenal sebagai Stasiun Banten Lama dibangun oleh pemerintah Belanda. Ukuran stasiunnya kecil sebab merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil. Letaknya tidak jauh dari pelabuhan nelayan. Ketinggian jika di ukur dari permukaan laut sekitar 4 meter. Stasiun ini hanya melayani satu kereta api yaitu KA Commuter Line Merak.
Dahulu pemerintah kolonial membangun jalur kereta api untuk memudahkan pengangkutan barang dan orang. Dalam perencanaannya perusahaan Staatsspoorwegen (SS) bertanggungjawab membangun jalur kereta api yang menghubungkan Duri di Jakarta hingga daerah Serang.
Pembangunan jalur kereta api semula berjalan lancar. Namun terhenti pada tahun 1890. Jalur kereta api hanya sampai Rangkasbitung. Pembangunannya seakan diabaikan.Â
Rencana pembangunan jalur kereta api akhirnya kembali dilanjutkan pada tahun 1900. Dari Rangkasbitung menuju Serang dan akhirnya sampai ke Pelabuhan Anyer Kidul.Â
Nama Karangantu
Udara sejuk yang berembus membuat saya penasaran dengan nama yang disematkan, Karangantu. Apakah di sekitar pelabuhan ada karang berwarna putih atau tempat yang berkaitan dengan hal mistis.