Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Melihat Stasiun Karangantu, Bangunan Belanda yang Terjaga

24 Mei 2024   10:53 Diperbarui: 24 Mei 2024   11:18 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Karangantu (dok. Pribadi)

Siapa yang suka melihat bangunan lawas? Berarti kita sama. Entah kenapa pesona bangunan lawas itu kuat. Bangunan ini tersebar di berbagai daerah, salah satunya Kota Serang. Daftarnya cukup panjang. Salah satunya Stasiun Karangantu. Hm, namanya menarik sekali, apakah semenarik bangunannya? Mari mencari tahu.

Keinginan untuk melihat bangunan bersejarah di Kota Serang seperti mendapat sambutan. Tiba-tiba seorang teman mengabarkan kalau hari libur besok mau bertandang ke Banten Lama. Tentu saya menyambut gembira. Kami berjanji untuk bertemu di depan Keraton Surosowan, setelah saya menolak berangkat bersama. Saya mau mencoba naik kereta api lokal dan melihat Stasiun Karangantu. Namanya itu mengundang rasa ingin tahu.

Stasiun Karangatu sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Serang. Butuh waktu 30 menit dengan menumpang kendaraan roda dua. Pakai kereta api lebih cepat, hanya 10 menit saja. Tetapi karena menggunakan kereta api, tentu saya harus datang lebih dulu sebelum kereta datang. 

Untuk memastikan jadwal dan tiket bisa menggunakan aplikasi milik KAI. Di jadwal kereta lokal Merak, jadwal keberangkatan paling pagi tertera pukul 06.10 WIB. Harga tiketnya sangat terjangkau Rp3000 dan bisa dibayar dengan uang digital.

Saya memilih keberangkatan paling pagi. Jadi pukul 05.40 WIB saya sudah duduk manis di stasiun Kota Serang. Tak lama terdengar pengumuman kalau kereta sudah berangkat dari Stasiun Walantaka. Segera bersiap menuju jalur dua dan itu dia kereta Merak datang.

Keadaan di dalam kereta cukup ramai. Hampir semua bangku terisi. Segera saja saya menuju gerbong depan dan duduk dibangku yang telah saya pesan. Baru saja berbincang dengan seorang Ibu, kereta sudah melambatkan jalannya. Pertanda kereta Merak akan berhenti di stasiun Karangantu.

Bata dan kayu.

Tidak banyak penumpang yang turun di stasiun yang berada di daerah Kasemen. Suasana di sekitar stasiun tidak terlalu ramai. Langit terlihat berwarna kelabu. Saya berharap hujan tidak segera turun. 

Saya sengaja berjalan pelan di peron. Mengamati sekilas keberadaan bangunan lawas yang masih eksis hingga kini. 

Bangunan Stasiun Karangantu tidak terlalu besar. Terdiri dari dua ruangan, tempat untuk masinis dan sebuah ruangan penjualan tiket. Di antara keduanya terdapat ruang terbuka beratap untuk penumpang. 

Kedua ruangan itu dibuat menggunakan batubata. Sementara atapnya ditopang balok-balok kayu besar. Papan juga dipakai untuk melindungi ruang tunggu penumpang. 

Kayu-kayu ini tertutup cat tebal. Entah sudah berapa kali cat dipulaskan untuk melindungi kayu dari terpaan cuaca. Perawatan rutin membuatnya bertahan hingga kini. 

Saya duduk untuk mengamati, asyik benar melihat jendela besar dan tembok stasiun. Jika jendela dibuka lebar tentu angin leluasa memberikan kesejukan. 

Tiba-tiba seorang staf stasiun menghampiri. Menanyakan apakah saya tertinggal kereta api. Saya jawab tidak hanya ingin duduk sebentat mengangumi keindahan bangunan stasiun. Akhirnya kami jadi berbincang tentang sejarah stasiun Karangantu. 

Stasiun untuk Kereta Merak

Keberadaan Stasiun Karangantu dikenal sebagai Stasiun Banten Lama dibangun oleh pemerintah Belanda. Ukuran stasiunnya kecil sebab merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil. Letaknya tidak jauh dari pelabuhan nelayan. Ketinggian jika di ukur dari permukaan laut sekitar 4 meter. Stasiun ini hanya melayani satu kereta api yaitu KA Commuter Line Merak.

Dahulu pemerintah kolonial membangun jalur kereta api untuk memudahkan pengangkutan barang dan orang. Dalam perencanaannya perusahaan Staatsspoorwegen (SS) bertanggungjawab membangun jalur kereta api yang menghubungkan Duri di Jakarta hingga daerah Serang.

Pembangunan jalur kereta api semula berjalan lancar. Namun terhenti pada tahun 1890. Jalur kereta api hanya sampai Rangkasbitung. Pembangunannya seakan diabaikan. 

Rencana pembangunan jalur kereta api akhirnya kembali dilanjutkan pada tahun 1900. Dari Rangkasbitung menuju Serang dan akhirnya sampai ke Pelabuhan Anyer Kidul. 

Nama Karangantu

Udara sejuk yang berembus membuat saya penasaran dengan nama yang disematkan, Karangantu. Apakah di sekitar pelabuhan ada karang berwarna putih atau tempat yang berkaitan dengan hal mistis.

Ternyata dugaan saya tidak terlalu meleset. Nama Karangantu berasal dari mitos yang lekat di masyarakat. Masyarakat memercayai kisah yang menceritakan seorang Belanda membawa serta sebuah guci berisi hantu.

Tidak diketahui apa dan bagaimana guci itu bisa berisi hantu. Tidak diketahui juga penyebab hancurnya guci tersebut sehingga membuat hantu di dalamnya keluar. Kejadian ini membuat daerah tersebut dikenal dengan nama Karangantu.

Menarik sekali ya. Saya benar-benar menikmati perjalanan pagi itu. Juga perbincangan dengan staf stasiun yang ramah. Semoga saya bisa mendatangi dan melihat bangunan lawas atau benda cagar budaya di tempat lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun