Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rumah Belanda di Puncak Bukit Tahura Sultan Adam

28 Desember 2021   10:37 Diperbarui: 28 Desember 2021   10:55 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri

Naik-naik ke puncak gunung, naik terus dong. Melewati pemandian Belanda yang ramai. Kemudian melewati lapangan tenis yang sudah tak terpakai namun masih terawat baik. Hanya ruang ganti yang hancur dan dipagari agar tak ada pengunjung ke sana.

Perjalanan dilanjutkan terus sampai puncak. Rupanya di situ ada sanatorium yang kerap dibilang rumah Belanda. Ada empat rumah. Rumah paling kecil difungsikan menjadi mushola. Rumah kedua, saya tidak tahu berfungsi sebagai apa karena tertutup. Hanya papan bertuliskan pesanggrahan yang ada di depannya. 

dokpri
dokpri

Rumah ketiga letaknya tidak jauh dari rumah besar atau sanatorium dan dijadikan ruang pertemuan. Terakhir adalah sanatorium. Bangunan paling besar ini dulunya dipakai untuk merawat pasien sekaligus ruang dokter. 

Meski ukuran rumah berbeda namun material dan bentuknya sama. Bagian bawah bangunan berwarna putih dan disusun dari batu andesit. Semenyara bagian atas yang berwarna cokelat terbuat dari kayu ulin. Pada bagian atap terlihat penangkal petir berwarna cokelat. Semuanya terlihat begitu nyaman.

dokpri
dokpri

Kebayang dong suasananya seperti apa, dingin, sejuk, teduh, sepi, dan tenang. Pasti nyaman banget ya menghabiskan waktu dengan membaca buku, beristirahat, jalan-jalan, dan kalau bisa menulis. Kalau saat ini agak ramai karena banyak pengunjung. 

Perjalanan kami berakhir di sini. Tidak ada lagi jalan yang bisa di daki. Dari atas sini saya dan si kecil bisa melihat perbukitan dan waduk riam kanan di kejauhan. Wah asyik banget deh. Benar-benar waktu yang menyenangkan. Bisa menikmati alam bersama yang tersayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun