Sudah kadung memperlihatkan keterangan soal vaksin, sayang banget kalau balik badan. Akhirnya beli tiket dong. Main saja ke tahura sultan adam.Â
Namanya pemula alias baru pertama menapaki jalan di tahura Sultan Adam, nggak berani kenceng. Jalannya naik turun khas kawasan pegunungan. Sayang juga kalau tidak meihat pemandangan. Tengoklah ke kanan ke kiri.Â
Tak berapa lama saya sudah sampai di sebuah pertigaan. Di papan petunjuk terdapat informasi sisi kiri menuju area binatang dan sisi kanan ke arah puncak. Â Belok di pertigaan, lihat sebentar ke area hewan-hewan. Ada rusa, binturong, rusa, dan kelinci. Semua dalam kandang.Â
Puter balik. Sekarang saatnya mendaki (pakai motor). Jalannya tidak terlalu lebar namun mulus. Di beberapa tikungan diberi pengaman agar pengguna tidak meleng. Rambu-rambu jalan pun terlihat jelas di setiap jalan yang menikung.Â
Tidak jauh dari pertigaan tadi ada mandin atau air terjun. Asyik juga menikmati jalan yang meliuk dan berhenti di mandin putri kembar. Jalan deh ke air terjun.Â
Air terjun yang tidak terlalu besar itu bisa dibilang sepi. Hanya ada dua keluarga yang asyik bermain di sana. Jalan untuk sampai ke air terjun sudah berupa tangga semen sehingga kita bisa dengan mudah mendekati air terjun.
Ternyata semakin dekat semakin jelas terlihat kalau air terjun ini terdiri dari tiga tingkat. Airnya jernih dan dingin. Sayang saya mendapati sebuah bungkus makanan ringan dibuang sembarangan.
Si kecil senang bisa merasakan air yang dingin. Tapi tidak mau main air. Tak bawa ganti euy. Cukuplah duduk-duduk di bebatuan andesit sambil bercakap-cakap.Â
Puas merendam kaki saatnya buat naik lagi ke atas. Jalanan semakin meliuk-liuk. Pengguna kendaraan roda empat harus hati-hati jika berpapasan karena haeus menepi.Â
Sejauh mata memandang hanya ada kehijauan. Kadang ada gazebo di tepi jalan. Dari situ bisa lihat pemandangan. Termasuk sisa longsoran di sebuah bukit.Â