Teman, Membolak-balik kenyataan tak semudah mengatakan: Aku bisa! Aku benci bila tiba suatu kondisi dimana aku tak bisa memberi penilaian. Apakah sesampai di sini akan memukau atau justru mengecewakan, pun berharga atau murahan. Padahal konsep telah tersusun secara terinci dan sistematis. Sedikit sentuhan artistik nan kreatif yang kupahami akan sedikit hingar bingar di luar sana yang bisa menandingi. Seperti suatu gambaran tingkat kejeniusan sudah tergambar pada awal mula komposisi. Namun, dititik yang telah memuai, aku nelangsa. Seperti tak tahu apa-apa.
Blang...
Blash. …
No flash….
Jujur saja, saat ini kau memang tak butuh impresiku. Sepertinya kau memerlukan suara lain yang berseru-seru. Musik lain yang terjaga harmoni orisinalitasnya. Nada sederhana yang tak pernah pecah titik inti di dalamnya. Mungkin seharusnya lebih merangkai diatonic bukan pentatonic. Kalaupun harus pentatonic, kau harus lebih meneliti lagi apakah pada skala c major penta ataupun f major penta. Huft! Semurni dari cuilan isak pikiran jiwanya. Tidak sumbang oleh kecupan angin malam. Atau apapun itu namanya. Yang Intinya tidak menuju serpihan nepotisme yang dangkal dan berulang. Mengertikah kamu?
Hingga saat itulah kau akan merasa seperti berada di ujung lidah. Dekat sekali. Namun, kau mencariku bagai menjerumus ke palung laut terdalam. Di Titik ini aku terpaku. Antara sadar dan khayal.
“Kau dimana?” katamu. Akupun tak tahu.
“Carilah aku sampai kau menyatu-padu!” kataku.