Kupercepat langkahku.
Untuk membeli kain putih pesanan ibu
padahal kemarin aku disuruhnya
Hampir menabrakku, pak polisi bergegas menuju jalan-raya
Ada orang tertabrak truk.
Pemahat kayu sedang duduk bersila
Kuhampiri sejenak dan bertanya
Andakah yang membuat ini?
Sekilas anggukan sederhana yang kutangkap
Kuperhatikan dia seperti sedang memperhatikanku
layaknya dihipnotis, aku duduk disampingnya
Mataku menerawang kepahatan nama yang ada
Kutunjukkan satu nama yang kukenal,
dia hanya menunjuk tikungan jalan dan berkata besok pagi
Selang waktu selanjutnya penuh dengan kebisuan
Hingga terpecahkan dengan bunyi kantong kresek
ambillah,
Sudah selesai kemarin,
Tapi sesuai perintah, harus kuserahkan sekarang
kuambil lalu berjalan menuju tikungan yang dia tunjuk
Sampai setengah jalan,
Aku berbalik arah mencari sipemahat
Tapi tak ada
Kuberlari menuju rumah
Aku terseok,
Sampai rumah ibuku tak ada
Kuberlari lagi ke tikungan tadi dan berhenti di kuburan
Sangat cepat, bahkan sampai hidungku bersimbah darah
Hening dan sunyi tak ada apa-apa disana
Kukembali ke jalan-raya,
kulihat polisi tadi sedang menutup badanku yang tergeletak bersimbah darah
ada ibu memeluk adikku yang sedang memeluk bonekanya
Sambil menangis, Ibu berkata
Coba kemarin kamu beli kain putih ini, nak!
Mungkin tak ada truk yang lewat melindas
Aku Tercekat,
Kubuka kantong kresek itu
Kulihat ada namaku
Dengan tulisan almarhum didepannya.
04 Maret 2016
Â
Sumber Inspirasi :
PUISI UNTUK ANAK KORBAN TABRAKAN MAUT AFRIANTI SUSANTI
Ayah,
oleh : Ruben Nurdiasamanto
Â
Aku pamit, badanku mulai dingin dipelukanmu..
 Paman Malaikat sudah disini...
 Dia membawakan aku sebuah selendang...
 Dia akan menggantikan baju kotorku ini....
 Biarkan Dia Yang Menimangku...
 Biarkan Dia menggantikan pelukanmu...
 Sepertinya akan hangat berada dipelukannya...
 Ayah, apakah itu botol susuku??
 Biar aku teguk, sekali teguk untuk perjalannku nanti..
 Sepertinya akan jauh,...
 Jika aku tertawapun ayah tak akan dengar dari kejauhan..
 Aku akan rindu ayah...
 Aku tidak akan nakal, paman malaikat menjagaku..
 Ayah, maafkan aku..
 Aku tak akan membalas lagi pelukan eratmu..
 Letakkan aku dipangkuanmu dengan adzan pengantar terakhirku..
 Doakan aku sepanjang waktu..
 Mimpikan aku menjelang Malam....
 Ayah,
 Maafkan aku berlari mendahului mu..
 aku sudah di ujung jalan..
 Ingat aku disetiap Doamu...
 Dan susu ini akan menguatkanku...
Â
Â
karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H