Mohon tunggu...
Siti Uswatun Khasanah
Siti Uswatun Khasanah Mohon Tunggu... Editor - Novelis dan editor

Menulis dan menyunting, sejalan seirama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dosa yang Terulang

17 Maret 2023   15:09 Diperbarui: 17 Maret 2023   15:11 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Laras telah mengajukan cuti bersalin. Waktu melahirkan tinggal menghitung hari. 

Tiba saat persalinan. Laras melahirkan seorang bayi yang begitu cantik rupawan di sebuah rumah bersalin dekat tempat tinggalnya. Beruntung, tak ada komplikasi apa pun yang menimpa ibu dan bayi itu. 

Di sisi pintu, Dharma berdiri bak sebuah tiang. Ia yang dari tadi menunggu proses persalinan putrinya, kini terdiam memandang cucunya yang tengah tertidur pulas di samping sang ibu. Mata sayu itu mengembun menatap keduanya. Air mata pria itu luruh, menangisi penyesalan terbesar dalam hidupnya. Kini, putrinya juga harus menanggung kesalahan dan dosa yang sama.

Pikiran Dharma menerawang ke masa lampau, 24 tahun silam. Saat itu, Dharma tega meninggalkan seorang perempuan muda yang terisak dan berlutut di hadapannya. Perempuan itu memohon pertanggungjawaban terhadap bayi yang tengah dikandungnya.

Dengan tega, lelaki itu mengabaikan. Malah meminta si perempuan untuk menggugurkan sang jabang bayi. Tanpa pemberitahuan, ia kabur meninggalkan Pulau Kalimantan, pulau tempatnya bekerja sekaligus tempat gadis itu tinggal, dan melarikan diri ke Pulau Jawa. 

Seolah-olah telah melupakan sang kekasih, dua tahun kemudian, Dharma menikahi perempuan lain hingga memiliki Laras, anak satu-satunya.

Ia kini mengerti, keadaan wanita yang dahulu ia tinggalkan, pasti tak jauh berbeda dengan Laras. Dharma teringat akan ucapan seorang ustaz yang pernah ia dengar di sebuah acara pengajian yang dihadiri. 

"Dosa zina ibarat utang yang bisa saja mengharuskan keluarga atau keturunan pelakunya untuk membayar."

Petuah itu kini terngiang kembali di kepalanya. Tak menyangka, perbuatannya bertahun-tahun silam, kini terulang menimpa putrinya sendiri. 

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun