Mohon tunggu...
Siti Uswatun Khasanah
Siti Uswatun Khasanah Mohon Tunggu... Editor - Novelis dan editor

Menulis dan menyunting, sejalan seirama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dosa yang Terulang

17 Maret 2023   15:09 Diperbarui: 17 Maret 2023   15:11 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laras terdiam kaku di tempatnya berdiri, lalu perlahan membalikkan badan. 

"Ba-Bapak yakin?" 

Laras tak percaya. Dirinya ragu, dengan ekonomi yang pas-pasan sebagai buruh pabrik, juga sang bapak yang hanya petani suruhan, akan mampu membesarkan anak tanpa seorang ayah. Bagaimana pula dengan gunjingan tetangga, para teman, juga saudara? Ia tak berani membayangkannya. 

"Bapak akan berusaha sekuat tenaga. Bapak masih kuat," ujar Dharma, setengah berdusta. Di usianya yang telah lebih dari setengah abad, bohong jika masih sesegar pria yang masih berusia tiga puluhan tahun. 

Namun, tak ada pilihan lain baginya selain menerima makhluk baru di rumah itu. Meskipun sang istri telah tiada, ia bertekad akan mengasuh sang cucu kala Laras harus bekerja nantinya. 

Akhirnya, Laras menyetujui saran sang bapak. Dirinya juga tak ingin melakukan dosa yang lebih besar dengan menjadi pembunuh janin tak berdosa. Dosa zinanya saja belum tentu terampuni, apalagi ditambah dosa mengg*gurkan janin tanpa alasan. 

Usaha Laras mengejar tanggung jawab sang pacar tak membuahkan hasil. Bahkan, tetangga tempat indekos sang kekasih mengabarkan, lelaki itu telah kabur ke kampung halamannya, di Pulau Sumatra. 

"Dasar brengs*k!" Laras mengumpat. Ia kini hanya bisa menyesali semua perbuatannya, juga pertemuan dengan pria berusia tiga tahun di atasnya itu. 

Pekerjaan sang lelaki yang belum pasti, tak menyurutkan tekad Laras untuk menjalin kasih dengannya. Berkali-kali, pria itu berjanji akan memperoleh pekerjaan yang lebih baik, kemudian akan segera melamarnya. Laras pun terbuai bujuk rayu, bahkan bersedia menyerahkan jiwa raganya. 

Nasi telah menjadi bubur. Hari-hari ia lalui dengan perut makin membesar. Ia mengaku telah menikah siri kepada teman-teman kerjanya. Namun, para tetangga tak bisa ia bohongi. Berbagai gunjingan dan cemoohan ia terima. Ia sadar betul, dirinya memang salah. Sanksi sosial pasti ia terima.

Dalam kondisi rapuh sedemikian rupa, dorongan dari sang bapak adalah satu-satunya penyemangat bagi Laras. Ia berjuang sekuat tenaga untuk terus hidup demi buah hati yang menghuni rahimnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun