Laras mengulangi ucapannya dan menuturkan, Bagas (kekasih yang menghamilinya) tak mau bertanggung jawab, bahkan menitahkan untuk menggugurkan janin yang ada di dalam perutnya.Â
Tanpa kata, pria itu beringsut menjauh keluar kamar, berlalu begitu saja. Dengan menahan perih di hati, ia meninggalkan sang putri seorang diri.Â
Laras makin terisak di dalam biliknya. Ia mengakui, perbuatannya memang memalukan. Ia menyalahkan diri sendiri yang tak mampu menjaga kehormatan. Termakan hasutan setan hingga berakibat fatal.Â
***
Selama beberapa hari, dua sosok beda generasi itu tak saling bertegur sapa meskipun tinggal di dalam satu atap. Dharma kerap membisu meskipun Laras berkali-kali mengajaknya berbicara.Â
Lambat laun, perempuan itu berhasil menata hati dan menerima kenyataan atas petaka yang menimpa. Namun, sikap sang bapak yang dingin membuat Laras akhirnya menyerah.Â
"Ya sudah, Pak, akan aku gugurkan saja bayi ini. Sama seperti keinginan ayahnya. Kehadirannya hanya akan membuat hidup kita kacau."Â
Bulat sudah keputusan Laras. Ia telah bersiap menyambangi jasa pengg*gur janin. Diam-diam, perempuan itu telah mengantongi informasi tentang tempat praktik jasa ilegal itu dari seseorang.Â
Di tengah langkahnya menuju pintu, suara Dharma menghentikannya. "Tunggu!"
Laras berhenti tanpa menoleh. Kepalanya tertunduk dalam.Â
"Jangan gugurkan anak itu. Bapak akan bantu merawatnya."