Mohon tunggu...
Siti Uswatun Khasanah
Siti Uswatun Khasanah Mohon Tunggu... Editor - Novelis dan editor

Menulis dan menyunting, sejalan seirama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Mudah Membangun Personal Branding

30 September 2022   15:00 Diperbarui: 30 September 2022   15:01 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Personal branding bisa dikatakan sebagai brand/merek seseorang yang menjadi identitasnya, yang dapat membedakannya dengan orang lain. Membangun branding diri atau personal branding sama halnya mengemas diri dengan cara menonjolkan ciri khas kita kepada publik, dengan tujuan utama untuk memperkenalkan produk kita.

Manfaatkan Media Sosial

Saya bergelut dalam dunia kepenulisan sebagai penulis dan editor naskah, tentu yang saya promosikan adalah buku. Saya memperkenalkan diri dan ingin diketahui publik telah memiliki karya buku berupa tulisan sendiri dan karya editing. 

Menurut saya, cara branding diri yang paling efektif adalah melalui media sosial. Bisa kita manfaatkan akun media sosial yang paling potensial. Seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, atau Tiktok yang sekarang sedang booming. Saya memilih lebih fokus membangun branding diri di Facebook dan WhatsApp. Selain karena follower lebih banyak di sana, tuntutan pekerjaan sebagai admin media sosial dan book marketer juga mengharuskan saya lebih aktif di sana. Namun, tetap memaksimalkan penggunaan akun media sosial lainnya. 

Sering-seringlah share hal-hal kecil atau remeh-temeh di berbagai media sosial kita. Terbukti, cara ini ampuh saya lakukan. Karena saya adalah penulis jebolan grup menulis online di Facebook, maka saya pun sering promo di sana. Misalnya, sekadar menulis sepenggal kalimat humor atau posting meme lucu yang memancing tawa. Bisa juga kita tulis beberapa kalimat motivasi yang membangkitkan semangat. Share quotes dari tokoh-tokoh dunia juga bisa. 

Tonjolkan ciri khas kita. Misal suka 'ngebucin', boleh saja. Yang penting, terkontrol dalam batas wajar. Tidak memancing kerusuhan atau kalau memang sengaja ingin langsung viral, bisa pansos alias panjat sosial, asal dalam hal positif. Bukan hanya cari sensasi. 

Sesekali, posting juga hal yang serius, tetapi bermanfaat. Info-info ringan contohnya. Tips singkat dan sejenisnya. Intinya, usahakan untuk tidak keluar jauh dari topik. 

Dahulu, waktu saya masih aktif menulis fiksi yang kemudian menjadi karya cetak berbentuk novel, yang sering saya bahas adalah tentang tulisan yang saat itu sedang saya share. Misalnya, sepotong quotes dari part yang on going. Saya kutip beberapa kalimat dengan menyertakan foto ilustrasi yang sesuai dengan bab yang sedang 'tayang' di grup menulis saat itu.

Yang harus diingat, kedepankan adab. Jangan sampai share hal negatif yang dapat menjatuhkan nilai diri kita. Misalnya, menyindir brand lain yang mungkin berpotensi menjadi rival produk kita.

Saat kita jualan, kadang yang dilirik calon pembeli bukan karena produknya saja. Ada yang tertarik membeli karena suka dengan kepribadian kita sebagai sang owner produk yang sering kita tampilkan di media sosial. Mungkin mereka menganggap kita unik, lucu, ramah, ataupun ber-attitude bagus. Padahal, mungkin produk kita biasa saja alias standar. Nah, itu salah satu poin penting, ya. 

***

Supaya lebih jelas, cek poin-poin penting cara membangun personal branding berikut ini:

1) Ciptakan nilai positif pada pikiran publik dan berikan alasan yang reasonable mengapa mereka harus memilih kita. Kita tampilkan brand kita sebagai sosok/sesuatu yang menyenangkan dan tepercaya. 

2) Harus berbeda dengan yang lain. Pastikan ada satu hal yang membuat kita mempunyai nilai lebih dan ini adalah potensi. 

3) Fokuskan bidang yang diterjuni. Ini akan membuat kita menjadi spesialis. Sebagai contoh, saya mengupayakan fokus pada satu bidang, yaitu menulis. Nah, tentu publik akan lebih mudah menemukan saya sebagai penulis. 

4) Perkuat jejaring di dunia maya maupun nyata. 

5) Asah kemampuan diri di bidang apa pun yang kita sukai selain bidang yang sudah menjadi spesialisasi kita. 

6) Jaga kualitas personal branding, jangan sampai melemah jika tidak ingin ditinggalkan

dan dilupakan orang. Personal branding dibentuk melalui proses terus-menerus, tiada henti. 

Sekalipun seseorang sudah memiliki personal branding yang kuat dalamdiri, dia harus terus menjaga kualitas nilai dari brand-nya agar tetap dikenal.

Personal branding yang oke dari suatu merek akan menciptakan citra positif dalam benak publik. Namanya juga akan lebih cepat dideteksi oleh para head hunter untuk menjadi rekan kerja/bisnis mereka. 

Di poin yang satu ini, saya sudah merasakannya sendiri. Suatu ketika, sebuah badan usaha penerbitan buku menghubungi saya dan saya dipercaya untuk menjadi bagian dari tim mereka sebagai admin media sosial dan penyunting naskah. Alhamdulillah, itu adalah berkah bagi saya. 

Semoga bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun